New Search

If you are not happy with the results below please do another search

1 search result for:

1

Kunjungan IIS UGM ke PT Dirgantara Indonesia: Menilik Prospek Pengembangan Teknologi Pesawat Nirawak di Indonesia

Masyarakat Indonesia tentunya boleh berbangga dengan diperkenalkannya Pesawat Udara Nirawak (PUNA) terbaru kelas Medium Altitude Long Endurance (MALE) pada akhir Desember 2019 lalu yang diberi nama Elang Hitam. Sebagai respon atas pengenalan pesawat nirawak tersebut, Institute of International Studies Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) yang diwakili oleh Raditya Bomantara, S.IP, Farah Andri, S.Ds, dan Denise Michelle dari divisi Diseminasi dan Outreach IIS UGM, melakukan kunjungan ke kantor pusat PT Dirgantara Indonesia (Persero) sebagai bagian dari kampanye global Campaign on Killer Robots pada Senin (20/1/2020) lalu. Sebagai narasumber, pihak PT Dirgantara Indonesia (DI) diwakili oleh Muhammad Nainar selaku project manager MALE dan Ardya Paradipta selaku perwakilan dari tim pengembang pesawat nirawak MALE Elang Hitam. Adapun tujuan dari kunjungan tersebut adalah untuk menggali informasi dan berdiskusi lebih dalam tentang progres pengembangan drone dan teknologi pesawat nirawak di Indonesia.

MALE Elang Hitam merupakan proyek inisasi Balitbang Kementerian Pertahanan dengan konsorsium yang terdiri dari Kementerian Pertahanan, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dinas Penelitian dan Pengembangan Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (Dislitbangau), Institut Teknologi Bandung (ITB), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN), PT DI dan PT Len Industri. Pengembangan drone tersebut diawali oleh kesadaran Pemerintah Indonesia yang mengalami kesulitan dalam mengawasi wilayah perbatasan. Kurang optimalnya pengawasan wilayah perbatasan sering dimanfaatkan oleh pihak yang tidak bertanggung-jawab untuk menyelundupkan komoditas illegal, sehingga menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Sebagai respon atas fenomena tersebut, pesawat nirawak MALE diproyeksikan sebagai sarana pengawasan wilayah perbatasan dengan tingkatan sorti yang lebih intensif dalam sehari (waktu operasional mencapai 24 jam), yang tentunya mustahil dilakukan apabila menggunakan pesawat konvensional karena keterbatasan fisik manusia.

Meskipun Pemerintah Indonesia memang mempertimbangkan untuk melengkapi MALE Elang Hitam dengan sistem persenjataan, Nainar memastikan bahwa MALE masih terlalu jauh dari apa yang kita kenal sebagai “Killer Robots”. Ardya menekankan bahwa fungsi utama MALE adalah untuk fungsi reconnaissance, dengan tahapan sorti pengawasan perbatasan, mengirim citra dengan menggunakan kamera kepada kontrol misi, dan kemudian diproses oleh operator sebelum menentukan tindakan lebih lanjut. Dengan kata lain, operasional MALE masih mengandalkan model human in the loop sehingga tidak sepenuhnya otonom. Tanpa senjata pun, MALE dapat membantu pengawasan perbatasan dengan memberikan informasi yang kemudian ditindaklanjuti oleh TNI selaku pengawas perbatasan.

Pada akhir sesi diskusi, untuk menjawab kekhawatiran masyarakat terhadap penggunaan MALE sebagai senjata Killer Robots,  Nainar kembali menekankan bahwa Indonesia masih sangat jauh dari mengadopsi senjata Killer Robots. Selain beberapa faktor, seperti kekurangan teknologi, kepastian atas performa dan fungsi MALE tersebut harus menunggu berbagai tahapan yang harus dilewati oleh pesawat nirawak tersebut sebelum mendapatkan lisensi resmi dan layak operasional. Dari segi kebutuhan Indonesia sendiri, teknologi yang diusung MALE ini diproyeksikan sebagai wahana pengintai dan perbatasan, bukan sebagai platform persenjataan layaknya drone sekelas yang dimiliki oleh negara lain. Bahkan, MALE juga memiliki potensi untuk digunakan dalam sektor lain, yang membutuhkan keunggulan citra visual dari kamera MALE, yaitu mitigasi bencana alam seperti kebakaran hutan, banjir, longsor dan pencitraan atmosfer untuk mempermudah ramalan cuaca. Potensi yang dimiliki oleh pesawat nirawak jauh lebih besar dibandingkan pemanfaatan yang hanya semata-mata sebagai senjata pembunuh apabila digunakan dengan cermat dan selektif,.

Seusai sesi diskusi, tim IIS mendapatkan kesempatan untuk tur disekitar fasilitas hanggar PT DI dan mengamati langsung pesawat nirawak “Wulung” yang merupakan pesawat nir awak produksi PT DI pendahulu MALE, serta wahana kendaraan yang digunakan sebagai pusat kontrol misi pesawat nirawak. Terakhir, kunjungan ditutup dengan sesi foto bersama dan penyerahan suvenir kepada Nainar selaku perwakilan dari PT Dirgantara Indonesia.


Penulis : Denise Michelle, Raditya Bomantara

Editor : Angganararas Indriyosanti, Muhammad Nainar PT DI.