[RECAP] Diskusi dan Sosialisasi “Signifikansi dan Implikasi Ratifikasi TPNW”

Jumat (21/07) lalu Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) bersama dengan Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata, Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan acara diskusi dan sosialisasi “Signifikansi dan Implikasi Ratifikasi TPNW”. Acara diskusi yang diselenggarakan di Ruang Sidang Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada tersebut melibatkan tim IIS UGM, tim dari Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata, Kementerian Luar Negeri serta beberapa dosen dan akademisi dari berbagai fakultas di UGM. pada kesempatan tersebut, dibahas mengenai urgensi dari ratifikasi Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapons bagi Indonesia, salah satu dari negara pertama yang menandatangani traktat. Namun, proses ke arah ratifikasi masih cukup panjang dan belum mengalami progres berarti. 

Sesi dibuka dengan paparan oleh Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata yang membahas mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan proses ratifikasi TPNW. Situasi rezim perlucutan senjata global dan situasi kawasan yang kurang kondusif menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi lamanya proses ratifikasi oleh Pemerintah Indonesia. Namun, pada dasarnya kementerian – kementerian yang terlibat memiliki keselarasan visi dan menyadari urgensi dari ratifikasi TPNW bagi Indonesia, dan menyadari bahaya dari senjata nuklir.

Sesi kemudian dilanjutkan oleh paparan laporan ICAN terkait pengeluaran negara-negara pemilik senjata nuklir untuk mengembangkan senjata tersebut. Data tersebut menunjukkan bahwa 9 negara pemilik senjata nuklir menghabiskan dana sebesar 82.9 milyar dollar, dan dipimpin oleh Amerika Serikat dan Tiongkok. Regulasi senjata nuklir tidak hanya harus menyelesaikan problematika kuantitas senjata nuklir, tetapi juga kualitas dari senjata nuklir yang terus ditingkatkan oleh negara-negara tersebut.

Setelah sesi pemaparan, sesi dilanjutkan dengan sesi diskusi yang melibatkan para dosen-dosen dari berbagai fakultas di UGM yang secara bergantian menyampaikan pendapatnya mengenai isu senjata nuklir dan potensi nuklir sebagai energi alternatif. Sesi diskusi berjalan dengan cukup aktif dan kondusif, sebelum kemudian dilanjutkan dengan sesi penutup dan makan siang bersama di University Club, Universitas Gadjah Mada (UC UGM).

[RECAP] STAIR #4 : Politik Seni dan Budaya dalam HI

Kamis (22/06) lalu, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) menyelenggarakan mini workshop sekaligus edisi terbaru dari seri webinar STAIR (Science, Technology and Arts in International Relations). Edisi kali ini bertemakan “Politik Seni dan Budaya dalam HI”, dan dibuat untuk mempresentasikan dan mendiskusikan proposal dari mahasiswa kelas Studi Independen STAIR prodi S1 HI UGM yang mengusung berbagai topik menarik seperti pameran seni, analisis sinema, hingga filosofi kebudayaan. Acara diselenggarakan secara daring via Zoom Meeting, dan berlangsung dari pukul 13.00 hingga 15.00 WIB

Dalam kesempatan kali ini, IIS UGM menghadirkan tiga narasumber yang juga merupakan anggota kelas Studi Independen STAIR prodi S1 HI UGM yang membawakan bermacam macam tema proposal dengan tema seputar seni dan budaya di depan para peserta yang berasal dari kelas Studi Independen maupun peserta umum.

Proposal pertama yang dibahas adalah “Politik Transnasional Sumbu Filosofi Yogyakarta” dari Aldi Haydar Mulia, yang membahas mengenai aspek politik transnasional dari sumbu filosofi Yogyakarta yang terdiri dari terdiri dari 3 komponen, yaitu Tugu Pal Putih, Kraton Yogyakarta, dan Panggung Krapyak.

Presentasi Aldi dilanjutkan oleh Herstianing Kumala, dengan proposal kedua yang bertajuk “Pameran Seni dan Kesetaraan Gender di Amerika Latin”. Dengan mengambil studi kasus di wilayah Amerika Latin, Hersti mencoba menganalisa bagaimana pameran seni digunakan sebagai sarana pendukung kesetaraan gender.

Sebagai presenter proposal ketiga dan terakhir, Gantar Eliezer Sinaga mempresentasikan proposalnya yang berjudul “Film, Diaspora dan Neo-orientalisme”. Dalam sesi terakhir ini para peserta diajak untuk memandang film dari sudut pandang yang berbeda, dan bagaimana film tersebut dapat dihubungkan dengan perspektif Neo-orientalisme.

Sesi presentasi oleh ketiga presenter dan sesi diskusi didukung oleh Suci Lestari Yuana (Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada dan Inisiator dari program STAIR) yang berperan sebagai moderator. Mini Workshop STAIR  “Politik Seni dan Budaya dalam HI” dihadiri oleh peserta-peserta yang antusias dan cukup partisipatif dalam mengajukan pertanyaan seputar proposal yang dibawakan oleh ketiga presenter.

 

 

[RECAP] Sarasehan Bijak Memilih: Roadshow ke Jogja!

Rabu, (31/05) lalu Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM)telah  berkolaborasi dengan Bijak Memilih Indonesia, NALAR Institute dan Think Policy untuk menyelenggarakan “Sarasehan Bijak Memilih : Roadshow ke Jogja!”, dengan tujuan untuk mempertemukan para pegiat komunitas lintas isu agar dapat saling bertukar pikiran tentang isu – isu kebijakan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari calon wakil rakyat serta kepala dan wakil kepala negara. Acara bertempat di Selasar Barat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM), dan menghadirkan pembicara – pembicara berkualitas yang akan membagikan aspirasinya sekaligus mengajak para peserta untuk berpikir bersama tentang berbagai macam isu.

Pada sesi pertama yang disebut sebagai Sesi Orasi, tim panitia mengundang Obed Kresna (Pegiat Sosial dan Manajer PARES), Gusti Nur Asla Shabia (FIAN & Sekolah Tani Muda) dan Kalis Mardiasih (Pegiat Isu Toleransi). Sebagai narasumber pertama, Obed membawakan isu “Keadilan Sosial : Pendidikan untuk Semua”, dan mengangkat mengenai isu ketidak – merataan pendidikan bagi masyarakat Indonesia, dan betapa urgensi dari isu tersebut bagi calon wakil rakyat dalam pemilihan yang akan datang. Shabia melanjutkan sesi orasi dengan topik “Krisis Iklim” dan mengangkat isu lingkungan dan AMDAL yang seringkali tidak diperhatikan. Terakhir, Kalis hadir untuk membahas mengenai isu “Keragaman dan Toleransi” dan mengangkat isu keragaman masyarakat dan hal-hal yang dapat membahayakan toleransi di antara masyarakat Indonesia yang heterogen.

Sesi Orasi kemudian dilanjutkan dengan Sesi Aspirasi, dimana para peserta acara diarahkan untu membagi diri menjadi  tiga klaster kecil sesuai dengan tiga isu yang diangkat pada Sesi Orasi. Mendampingi para peserta di masing-masing kluster, tim panitia mengundangn Joko Susilo (NALAR Institute) untuk menemani peserta di klaster isu keadilan sosial, Cut Intan Aulianisa Isma (IIS UGM) di isu krisis iklim, dan Yosef Bambang (NALAR Institute) di isu keberagaman dan toleransi. Pada akhir sesi aspirasi, masing masing kluster isu menunjuk satu perwakilan untuk naik ke panggung orasi dan membagikan kesimpulan dan pemikiran dari masing masing isu untuk peserta – peserta lain.

Seusai sesi orasi, acara dilanjutkan dengan sesi terakhir sebagai penutup rangkaian acara, yaitu Panggung Seni, yang menghadirkan Sindana (Ketjilbergerak) yang membawakan dua lagu bagi para peserta, sebelum diakhiri dengan sesi foto bersama.

Acara kali ini berlangsung dengan cukup lancar dan kondusif, dan diikuti oleh hampir 50 peserta yang cukup antusias dan partisipatif.

 

 

[RECAP] Beyond the Great Wall #26: Chinese Cuisine & Soft Power

Jumat (26/05) lalu, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan edisi ke-26 dari serial diskusi dwibulanan Beyond The Great Wall. Edisi ke-26 kali ini mengangkat tema “Chinese Cuisine & Soft Power”, dan membahas mengenai makanan dan minuman sebagai sebuah komponen dari penyebaran soft power Cina ke negara – negara lain. Untuk membahas mengenai topik ini, pada kesempatan tersebut IIS UGM mengundang dua pembicara untuk membahas materinya, yaitu Mohammad Izam Dwi Sukma, (Mahasiswa Studi Hubungan Internasional, Universitas Islam Indonesia) dan Nadya Zafira (Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada). Sebagai moderator, IIS UGM mengundang Selma Theofany (Staf Divisi Riset Institute of International Studies Universitas Gadjah Mada). Sebelum sesi materi dimulai, Theo sebagai moderator menyampaikan tata tertib ruang diskusi sekaligus memeprkenalkan kedua pembicara secara singkat

Sesi dibuka oleh Mohammad Izam Dwi Sukma, yang membawakan materinya yang berjudul “Bisnis Minuman Manis : Komponen Soft Power Terkini Tiongkok?”. dalam materinya kali ini, Izam mengangkat kasus studi merk minuman manis Mixue, sebagai salah satu merk minuman manis asal negeri tirai bambu yang dengan cepat menjamur dan berhasil membuka cabangnya di berbagai kota di Indonesia. Lewat berbagai macam brand (termasuk Mixue), Cina dapat memproyeksikan produk minuman manisnya sebagai salah satu komponen soft power yang merambah berbagai kota di Indonesia, dan mampu menyaingi merk dagang lain yang menjual produk sejenis.

Seusai pemaparan Izam, Nadya melanjutkan sesi BTGW #26 dengan membawakan materi power pointnya dengan judul “What Makes Nasi Goreng So Good?”. Lewat materinya,  Nadya membahas mengenai kuliner-kuliner dan resep makanan Tiongkok yang telah mendunia, dan bahkan setelah melalui proses waktu yang tidak sebentar, mengalami proses asimilasi dengan produk – produk makanan lokal untuk menyesuaikan dengan selera masyarakat negara yang dituju. Lewat proses naturalisasi resep kuliner, resep – resep masakan Cina menjadi dikenal di seluruh bagian dunia dan dapat menyesuaikan dengan lidah masyarakat lokal (salah satu contohnya, adalah nasi goreng).

Seusai pemaparan oleh kedua narasumber, sesi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang berlangsung dengan kondusif dan lancar, sebelum kemudian ditutup dengan closing statement oleh kedua narasumber. Pada kesempatan kali ini BTGW #26 dihadiri oleh sekitar 40 partisipan yang cukup antusias dan partisipatif.

 

[RECAP] Nonton Bareng dan Diskusi Dragon for Sale

Jumat (9/06) lalu, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) bekerja sama dengan HI CINE dan dengan izin Tim Ekspedisi Indonesia Baru menyelenggarakan acara nonton bareng dan diskusi film “Dragon for Sale” di Auditorium lt. IV Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM). Dalam kesempatan tersebut diputar episode satu dan dua dari quintology film Dragon For Sale, yaitu “Episode 1 : Sailing” dan “Episode 2 : Hiking” yang diikuti dengan sesi diskusi yang menghadirkan tiga narasumber, Dandhy Laksono (Sutradara Dragon for Sale dan Tim Ekspedisi Indonesia Baru), Raras Cahyafitri (Dosen dan Peneliti IIS & DIHI UGM) dan Gregorius Afioma (Peneliti Sunspirit). Acara dihadiri sekitar 50 peserta dari berbagai kalangan.

Film dokumenter Dragon For Sale mengungkap kisah mereka yang harus membayar harga mahal dari proyek ambisius 10 Bali Baru, salah satunya membangun Pulau Komodo untuk menjadi destinasi wisata internasional di Kota Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur. Film ini menyoroti bagaimana masyarakat lokal membangun resistensi, memperjuangkan model alternatif pariwisata yang tidak mendegradasi lingkungan dan menjunjung tinggi HAM.

Di episode pertama, diperlihatkan bagaimana ide pemerintah untuk membuat Taman Nasional Komodo menjadi obyek wisata premium mempengaruhi para pelaku usaha perahu wisata yang menyediakan paket wisata bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam Taman Nasional Komodo. Dengan naiknya harga  tiket masuk komodo secara masif dan dominasi pelaku wisata dengan kapal – kapal phinisi premium, muncul pertanyaan : sebenarnya kebijakan ini dibuat untuk menguntungkan siapa?

Di episode kedua, kita melihat dampak ekologis dari proyek pengembangan Bajo menjadi kawasan pendukung pariwisata Taman Nasional Komodo. Muncul banyak penolakan dari masyarakat yang mempertanyakan aspek konservasi dan keberlanjutan dari rencana pemerintah dalam mengembangkan Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo.

Seusai pemutaran film Dandhy dan Gregorius bergabung dengan para partisipan secara daring, sementara Raras hadir langsung di auditorium untuk berdiskusi bersama membahas mengenai kedua episode yang telah diputar. Acara diskusi berjalan dengan lancar dan kondusif, dan para peserta mengikuti rangkaian acara dengan cukup antusias.

Kunjungan Tim BSKLN Kementerian Luar Negeri : Foreign Policy Circle Talks (FPCP) “Konstelasi Politik Global dan Polugri” & Diskusi Terbatas “Isu Isu Strategis di Kawasan Eropa dan Amerika”

Foreign Policy Circle Talks (FPCP) “Konstelasi Politik Global dan Polugri”

Selasa (13/6) lalu, Institute of International Studies Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) menerima kedatangan tim Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) Kementerian Luar Negeri dengan agenda Foreign Policy Circle Talks (FPCP) “Konstelasi Politik Global dan Polugri”. Acara yang berlangsung di Ruang Sidang Dekanat FISIPOL UGM melibatkan Tim dari BSKLN Kementerian Luar Negeri, IIS UGM, ASC UGM, CFDS UGM, PSPD UGM dan Dosen-dosen HI UGM. Acara berhasil diselenggarakan dengan kondusif dan lancar di Ruang Sidang Dekanat FISIPOL UGM.

 

Diskusi Terbatas “Isu Isu Strategis di Kawasan Eropa dan Amerika”

Sehari setelahnya, Rabu (14/6) lalu, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) bersama dengan Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan agenda kedua, yaitu Diskusi Terbatas “Isu Isu Strategis di Kawasan Eropa dan Amerika”. Dalam acara yang melibatkan BSKLN, IIS dan Dosen-dosen HI UGM tersebut dibahas mengenai isu-isu terkini di kawasan Eropa dan Amerika. Acara diskusi tersebut diselenggarakan di auditorium Lt.IV FISIPOL UGM dan berjalan dengan kondusif dan lancar.

 [RECAP] STAIR #02 : The Politics of Music in IR

Kamis (6/04) lalu, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) menyelenggarakan edisi kedua dari seri diskusi STAIR (Science, Technology and Arts in International Relations), program komunitas epistemik terbaru IIS UGM yang berfokus kepada keterkaitan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni pada studi Hubungan Internasional.

Pada edisi kedua webinar STAIR yang bertajuk “The Politics of Music in IR” kali ini, IIS UGM mengundang Dr. Jay Afrisando (Komposer dan Seniman Multimedia) dan Dr. Ahmad Rizky M. Umar (Sessional Lecturer University of Queensland) untuk membahas mengenai aspek kesenian, khususnya musik dalam isu – isu Hubungan Internasional. Suci Lestari Yuana (Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional dan inisiator program STAIR) berperan sebagai Host dan Moderator.

Acara dimulai pada pukul 08.00 dan berakhir pada 10.00 WIB.  Acara berjalan dengan lancar dan diikuti dengan sesi diskusi yang kondusif serta produktif.

[RECAP] Beyond The Great Wall #25 : Melihat Cina Setelah Kebijakan Nol-Covid: Internal dan Eksternal

Senin (20/03) lalu, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) menyelenggarakan edisi ke 25 dari forum diskusi Beyond The Great Wall (BTGW) dan edisi perdana dari BTGW Roadshow, yang diadakan di kampus – kampus Universitas partner UGM. Dalam edisi perdana BTGW Roadshow kali ini, IIS UGM bekerjasama dengan Jurusan Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta selaku tuan rumah. Bertempat di Laboratorium Organisasi Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta, edisi kali ini mengangkat tema “Melihat Cina Setelah Kebijakan Nol-Covid: Internal dan Eksternal”, Kegiatan ini juga disiarkan secara hybrid lewat Zoom Meeting IIS UGM.

Sebagai narasumber, IIS UGM dan UPN “Veteran” Yogyakarta mengundang Dr. Nur Rachmat Yuliantoro (Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada dan inisiator forum diskusi Beyond The Great Wall) dan Hikmatul Akbar SIP, MSi, PhD (cand), CMe (Dosen Senior Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta).  Melaty Anggraini, MA. (Dosen Jurusan Ilmu Hubungan Internasional UPN “Veteran” Yogyakarta) berperan mendampingi kedua pembicara sebagai narasumber.

 

 

Sesi dibuka dengan pemaparan materi oleh Bapak Hikmatul Akbar yang membawakan materi berjudul Otonomi Daerah dalam Negara Kesatuan: Belajar dari Cina”.  Dalam materinya, dibahas mengenai daerah-daerah otonom di Cina, dan bagaimana pemerintah Cina memberikan ruang kepada etnis-etnis minoritas di daerah tersebut untuk mendapatkan haknya sebagai warga negara, dan berhasil mengatasi ide etnisitas dan separatisme dengan kesejahteraan dan pembangunan. Setelah memandang aspek internal dari Cina, Bapak Rachmat mengajak para peserta memandang aspek eksternal lewat presentasinya yang berjudul Cina Memandang Dunia : A Responsible Great Power?, dan memandang upaya-upaya yang dilakukan CIna sebagai Great Power untuk mengatasi berbagai isu internasional seperti konflik Rusia dengan Ukraina, serta bagaimana Cina harus membendung framing negatif dari negara – negara Barat.

 

Seusai pemaparan oleh kedua pembicara, sesi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang dibagi kedalam dua sesi. Para mahasiswa UPN “Veteran’ Yogyakarta yang hadir turut mengajukan pertanyaan dengan antusias dan berpartisipasi secara aktif dalam sesi diskusi. Setelah closing statement oleh kedua pembicara dan penutupan oleh moderator, acara ditakhiri dengan sesi foto bersama peserta dan pembicara.

[RECAP] STAIR #01 : The Politics of Metaverse

Jumat (17/03) lalu Institute of International Studies Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) menyelenggarakan edisi pertama dari forum diskusi bulanan Sciences, Technology and Art in International Relations atau STAIR. STAIR merupakan program komunitas epistemik baru IIS UGM yang berfokus pada keterkaitan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni pada studi Hubungan Internasional. Dalam edisi perdananya kali ini, diskusi STAIR akan membahas mengenai aspek politik dalam Multiverse dalam webinar yang bertajuk “Politics in Multiverse”.

 

Dalam edisi kali ini, IIS UGM menghadirkan Suci Lestari Yuana (Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM dan inisiator program STAIR) sebagai host sekaligus moderator diskusi. Sebagai narasumber untuk membahas mengenai politik dalam Multiverse, IIS UGM menghadirkan Antovany Reza Pahlevi (Chief Evangelist Shinta VR) dan Arindha Nityasari (Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM). Sesi dibuka dengan sambutan, pengenalan program STAIR dan pengantar diskusi oleh Suci, sebelum dilanjutkan oleh pemaparan singkat oleh kedua narasumber. Antovany membahas mengenai signifikansi serta prospek dari dunia virtual dan Multiverse, sekaligus membahas sedikit mengenai sejarah dari Shinta VR. Melanjutkan Antovany. Arindha membahas mengenai multiverse dan dunia virtual lewat perspektif HI, dan bagaimana ilmu HI dapat diterapkan dalam ranah dunia virtual.

Seusai pemaparan singkat oleh kedua narasumber, sesi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang berlangsung dengan cukup aktif dan kondusif, dimana banyak peserta mengajukan pertanyaan kepada kedua narasumber. Acara ditutup dengan closing statement singkat oleh kedua narasumber dan moderator, yang juga mengajak para peserta untuk bergabung ke dalam  komunitas epistemik STAIR dan membahas mengenai isu isu lain yang berhubungan dengan Ilmu Pengetahuan, Teknologi dan Seni dalam Hubungan Internasional dalam edisi – edisi STAIR selanjutnya.

Edisi pertama ini mengawali edisi-edisi diskusi STAIR berikutnya dengan tema yang tidak kalah menarik

[RECAP] Forum Reviu Kebijakan Luar Negeri “Diplomasi Kesehatan Indonesia di Kawasan Amerika dan Eropa : Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan Swiss”

Kamis (16/03) lalu, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) menyelenggarakan acara luring Forum Reviu Kebijakan Luar Negeri “Diplomasi Kesehatan Indonesia di Kawasan Amerika dan Eropa : Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan Swiss” di Ruang Auditorium Lt. IV, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada. Acara ini merupakan inisiatif BSKLN Kemlu untuk mereviu kebijakan luar negeri Pemerintah Indonesia, dan dalam kesempatan kali ini mengangkat tema diplomasi kesehatan yang telah dilakukan pemerintah Indonesia di kawasan Amerika dan Eropa.

Acara dibuka oleh Dr. Mohammad Zakaria Al Anshori (Pusat SKK Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri) selaku moderator, yang kemudian membacakan CV dan memperkenalkan Dr. Luqman Nul Hakim (Direktur IIS UGM dan Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional) untuk menyampaikan sambutannya sekaligus menandai dibukanya acara Forum Reviu Kebijakan Luar Negeri. Untuk sesi paparan, Ibu Spica A. Tutuhatunewa (Kepala Pusat SKK Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri) hadir mempresentasikan kajiannya terkait pencapaian diplomasi Indonesia di kawasan Amerika dan Eropa.

 

Setelah pemaparan oleh Bu Spica, acara dilanjutkan oleh sesi tanggapan diskusi, dimana IIS UGM dan BSKLN Kementerian Luar Negeri menghadirkan Dr. Yodi Mahendradhata M.Sc. Ph.D., FRSPH (Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM), Bapak Herwening Weji Kalpiko, S.E., MM., AK (Perwakilan PT Bio Farma) dan Drs. Muhadi Sugiono, MA. (Dosen dan Peneliti Senior IIS UGM/ Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM). Dr. Yodi memaparkan paparan materinya yang berjudul “Diplomasi Indonesia untuk Resiliensi Kesehatan Global” dan membahas mengenai tantangan dan langkah yang bisa diambil oleh Indonesia untuk meningkatkan tingkat resiliensi kesehatan global, termasuk dalam aspek vaksin. Bapak Herwening melanjutkan dengan paparannya yang membahas mengenai peran penting dari Bio Farma sebagai BUMN di bidang kesehatan dalam mendukung diplomasi kesehatan yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia. Terakhir Pak Muhadi turut menyampaikan tanggapannya lewat paparan materinya yang bertajuk “Tanggapan atas Reviu Kebijakan Mandiri Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa”, dan menyoroti signifikansi diplomasi kesehatan sekaligus menyampaikan beberapa masukan dan saran terhadap kajian dari BSKLN Kementerian Luar Negeri.

 

Sesi tanggapan diskusi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab/diskusi, dimana para peserta yang hadir diberikan kesempatan untuk bertanya kepada para narasumber. Dalam sesi diskusi yang dibagi kedalam 2 kloter, para partisipan menunjukkan keaktifannya dengan menyampaikan beberapa pertanyaan dan saran yang direspon secara positif oleh para narasumber. Seusai sesi diskusi, acara ditutup dengan closing statement oleh para narasumber, penutup singkat oleh moderator dan Dr. Luqman Nul Hakim dan penyerahan souvenir oleh BSKLN Kementerian Luar Negeri.

 

 

 

 

Secara umum acara Forum Reviu Kebijakan Luar Negeri “Diplomasi Kesehatan Indonesia di Kawasan Amerika dan Eropa : Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan Swiss” berlangsung dengan lancar dengan sesi diskusi yang kondusif.