[RECAP] Diskusi dan Sosialisasi “Signifikansi dan Implikasi Ratifikasi TPNW”

Jumat (21/07) lalu Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) bersama dengan Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata, Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan acara diskusi dan sosialisasi “Signifikansi dan Implikasi Ratifikasi TPNW”. Acara diskusi yang diselenggarakan di Ruang Sidang Dekanat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada tersebut melibatkan tim IIS UGM, tim dari Direktorat Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata, Kementerian Luar Negeri serta beberapa dosen dan akademisi dari berbagai fakultas di UGM. pada kesempatan tersebut, dibahas mengenai urgensi dari ratifikasi Treaty on the Prohibition of Nuclear Weapons bagi Indonesia, salah satu dari negara pertama yang menandatangani traktat. Namun, proses ke arah ratifikasi masih cukup panjang dan belum mengalami progres berarti. 

Sesi dibuka dengan paparan oleh Direktur Keamanan Internasional dan Perlucutan Senjata yang membahas mengenai beberapa hal yang berhubungan dengan proses ratifikasi TPNW. Situasi rezim perlucutan senjata global dan situasi kawasan yang kurang kondusif menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi lamanya proses ratifikasi oleh Pemerintah Indonesia. Namun, pada dasarnya kementerian – kementerian yang terlibat memiliki keselarasan visi dan menyadari urgensi dari ratifikasi TPNW bagi Indonesia, dan menyadari bahaya dari senjata nuklir.

Sesi kemudian dilanjutkan oleh paparan laporan ICAN terkait pengeluaran negara-negara pemilik senjata nuklir untuk mengembangkan senjata tersebut. Data tersebut menunjukkan bahwa 9 negara pemilik senjata nuklir menghabiskan dana sebesar 82.9 milyar dollar, dan dipimpin oleh Amerika Serikat dan Tiongkok. Regulasi senjata nuklir tidak hanya harus menyelesaikan problematika kuantitas senjata nuklir, tetapi juga kualitas dari senjata nuklir yang terus ditingkatkan oleh negara-negara tersebut.

Setelah sesi pemaparan, sesi dilanjutkan dengan sesi diskusi yang melibatkan para dosen-dosen dari berbagai fakultas di UGM yang secara bergantian menyampaikan pendapatnya mengenai isu senjata nuklir dan potensi nuklir sebagai energi alternatif. Sesi diskusi berjalan dengan cukup aktif dan kondusif, sebelum kemudian dilanjutkan dengan sesi penutup dan makan siang bersama di University Club, Universitas Gadjah Mada (UC UGM).