[IIS RECAP] FGD Series G20 #3 : “Transformasi Digital Global Dalam Agenda G20: Menuju Pembangunan Ekonomi Digital Yang Inklusif dan Berkelanjutan”

Jumat, (29/07) lalu Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM) dan Unit Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat FISIPOL UGM (UP3M) menyelenggarakan edisi ketiga dari Focus Group Discussion (FGD) seri FGD FISIPOL UGM untuk Presidensi Indonesia G-20. Edisi kali ini mengangkat tema mengenai “Transformasi Digital Global Dalam Agenda G20: Menuju Pembangunan Ekonomi Digital Yang Inklusif dan Berkelanjutan”.

Dalam edisi kali ini IIS UGM mengundang empat narasumber untuk membagikan ilmunya seputar isu Transformasi Digital Global, yaitu Nabilah Nur Abiyanti (Koordinator Divisi Riset Institute of International Studies, UGM), Dr. Ir. I Nyoman Adhiarna, M. Eng. (Direktur Ekonomi Digital Kementerian Kominfo), Rofi Uddarojat (Head of Public Policy and Government Relations in Indonesian E-Commerce Association/IdEA) dan Wahyudi Djafar (Peneliti Kebijakan Digital). Sebagai moderator, IIS UGM mengundang Muhammad Irfan Ardhani, MIR.  (Dosen Departemen Hubungan Internasional, FISIPOL UGM) untuk mendampingi keempat pembicara

Dalam acara yang berlangsung secara daring di platform ZOOM Meeting IIS UGM selama kurang lebih dua jam tersebut, peserta diskusi secara antusias mendengarkan pemaparan narasumber, dan berpartisipasi secara aktif dalam sesi tanya jawab yang berjalan dengan kondusif.

[IIS RECAP] Beyond The Great Wall #21 : “Cina dan Diplomasi Kebudayaan”

Jumat, (29/07) lalu Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) telah menyelenggarakan edisi ke -21 dari forum diskusi Beyond The Great Wall (BTGW). Dalam edisi yang bertemakan “Cina dan Diplomasi Kebudayaan” kali ini, IIS UGM mengundang Arif Darmawan, Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Jenderal Soedirman. Lucke Haryo Saptoaji, staf divisi publikasi IIS UGM dipercaya untuk mendampingi Arif sebagai moderator.

Arif membawakan materinya yang bertajuk “Cultural Soft Power : Diplomasi Publik Cina Melalui Confusius Institute”, dan menelaah bagaimana Confucius Institute yang memiliki 525 cabang di 126 negara di seluruh dunia berperan sebagai sarana diplomasi kebudayaan bagi Cina, termasuk di Indonesia. Dalam proses tersebut, Confucius Institute menjadi sarana di masing-masing negara tuan rumah untuk mempelajari budaya dan sejarah Cina, sembari membangun citra positif untuk CIna.

Dalam acara yang berlangsung secara daring di platform ZOOM Meeting IIS UGM selama kurang lebih dua jam tersebut, peserta diskusi secara antusias mendengarkan pemaparan narasumber, dan berpartisipasi secara aktif dalam sesi tanya jawab yang berjalan dengan kondusif.

[IIS RECAP] FGD Series G20 #2 : Reformasi Arsitektur Kesehatan Global: Menuju Tata Kelola Kesehatan yang Setara dan Berkeadilan”

Jumat, (15/07) lalu  Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM) dan Unit Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat FISIPOL UGM (UP3M) menyelenggarakan edisi kedua Focus Group Discussion (FGD)  dari serial FGD FISIPOL UGM untuk Presidensi Indonesia G-20. Edisi kali ini bertemakan “Reformasi Arsitektur Kesehatan Global: Menuju Tata Kelola Kesehatan yang Setara dan Berkeadilan”.

Dalam edisi kali ini IIS UGM mengundang 3 narasumber untuk membagikan ilmunya seputar isu reformasi arsitektur kesehatan global. Sebagai narasumber pertama, IIS UGM mengundang Dr. Siti Nadia Tarmizi, M.Epid (Juru Bicara G20 Health Working Group). Prof. dr. Laksono Trisnantoro, M.Sc, Ph.D (Ketua Departemen Kebijakan dan Manajemen Kesehatan; Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM) menjadi narasumber kedua, dan Dr. Yoko Ratnasari (Deputy Medical Coordinator, Médecins Sans Frontières Indonesia) menjadi narasumber ketiga. Mendampingi ketiga narasumber, Dr. Muhammad Rum, (Dosen Departemen Hubungan Internasional, FISIPOL UGM) menjadi moderator dalam kesempatan kali ini.

Dr. Siti membuka pembahasan dengan tema “Keterbatasan Tata Kelola Global Saat Ini dan Kepentingan Negara-Negara Selatan”. dalam kesempatan tersebut, beliau menekankan tiga prioritas utama bagi Indonesia, yaitu  membangun ketahanan kesehatan global, harmonisasi protokol kesehatan global serta  memperluas pusat manufaktur dan penelitian global untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon pandemi. Dr. Yoko melanjutkan sesi diskusi dengan mengangkat mengenai tema “Keterbatasan Tata Kelola Kesehatan Global” dan menyoroti isu-isu yang membatasi efektifvitas tata kelola kesehatan global saat ini, terutama di era pandemi. Prof Laksono menutup sesi pemaparan dengan pembahasan mengenai Global Health Architecture Challenges, dan menyoroti tantangan tantangan bagi GHA, yang saat ini dinilai penuh sesak dan kurang terkoordinasi.

Dalam acara yang berlangsung secara daring di platform ZOOM Meeting IIS UGM selama kurang lebih dua jam tersebut, peserta diskusi secara antusias mendengarkan pemaparan narasumber, dan berpartisipasi secara aktif dalam sesi tanya jawab yang berjalan dengan kondusif.

 

[IIS RECAP] FGD Series G20 #1 : “Menuju Pekerjaan yang Layak: G-20, Precariarity dan Tantangan Sektor Ketenagakerjaan”

Jumat, (17/06)  lalu, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM) dan Unit Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat FISIPOL UGM (UP3M) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) pertama dari serial FGD FISIPOL UGM untuk Presidensi Indonesia G-20. Edisi pertama kali ini bertajuk “Menuju Pekerjaan yang Layak: G-20, Precariarity dan Tantangan Sektor Ketenagakerjaan”.

Dalam edisi perdana kali ini IIS UGM menghadirkan narasumber-narasumber dari berbagai institusi yaitu Prof. Drs. Anwar Sanusi, MPA, Ph.D (Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan), Indrasari Tjandraningsih, M.A., (Staf Pengajar Ilmu Manajemen Universitas Katolik Parahyangan), Dr. Amalinda Savirani (Ketua Program Doktor Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM),  dan Nining Elitos (Ketua Umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia). mendampingi para narasumber, Dr. Muchtar Habibi, (Dosen Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik) berperan sebagai moderator.

Diskusi dibuka oleh chair yang membahas mengenai Isu pekerjaan yang penting didiskusikan, dimana menurut ILO hampir separuh pekerja dunia terlibat dalam pekerjaan yang rentan atau dalam sektor informal.  Problematika tersebut juga turut mempengaruhi Indonesia, dan presidensi G20 Indonesia merupakan momen yang tepat untuk membahas isu tersebut. Setelah pembukaan oleh chair, Prof Anwar melanjutkan sesi dengan memaparkan mengenai kondisi, tantangan dan kebijakan pemerintah di bidang ketenagakerjaan.  Bu Indrasari melanjutkan sesi dengan pembahasan seputar isu perlindungan tenaga kerja yang menjadi semakin penting di tengah rezim fleksibilisasi yang berupaya  membuat proses kerja dan produksi lebih efisien. Bu Nining mengangkat isu kondisi serikat buruh yang membutuhkan peran pemerintah dalam menyiapkan kebijakan, pencegahan, pengawasan hukum penting. Terakhir, Dr. Amalinda membahas mengenai G20, precarity, dan tantangan sektor tenaga kerja dari perspektif serikat buruh dalam merespon pergeseran dunia kerja dengan ciri “flexibility” dan “precarity”.

Dalam acara yang berlangsung secara daring di platform ZOOM Meeting IIS UGM selama kurang lebih dua jam tersebut, peserta diskusi secara antusias mendengarkan pemaparan narasumber, dan berpartisipasi secara aktif dalam sesi tanya jawab yang berjalan dengan kondusif.

[IIS RECAP] Beyond the Great Wall #20 : Ekspansi Pengaruh Cina: Kompetisi dan Dominasi

Jumat, (27/05) Universitas Gadjah Mada Melalui Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM), menyelenggarakan edisi ke 20 dari Forum Diskusi Beyond The Great Wall yang bertajuk “Ekspansi Pengaruh Cina : Kompetisi dan Dominasi” yang berlangsung pada pukul 09.00 – 11.00 WIB secara daring lewat Zoom Meeting IIS UGM.  Dalam kesempatan tersebut IIS UGM menghadirkan dua pembicara untuk membahas mengenai isu ekspansi pengaruh Cina. 

Sebagai pembicara IIS mengundang Muhammad Ridha Iswardhana, Dosen Ilmu Hubungan Internasional Universitas Teknologi Yogyakarta, dan  Bimantoro Kushari Pramono, Dosen dan Peneliti Digital Diplomacy and Cyberspace, Universitas Paramadina. Mendampingi kedua pembicara, Arrizal Jaknanihan, Staf Riset IIS UGM bertugas sebagai moderator. 

Sesi dibuka oleh Muhammad Ridha yang membawakan materinya yang bertajuk “Geoekonomi Bank Investasi Infrastruktur Asia (AIIIB) : Wujud Dominasi Tiongkok di Dunia”. Ridha membahas mengenai Bank Investasi Infrastruktur Asia atau AIIIB sebagai bentuk dominannya pengaruh tiongkok secara ekonomi. Pemaparan berlangsung kurang lebih sekitar 30 menit, sebelum kemudian dilanjutkan dengan pemaparan selanjutnya. Sebagai narasumber kedua, Bimantoro mengangkat tema yang tidak kalah menarik, yaitu “China – U.S Competition : a Big Data Perspective”. Lewat pemaparannya, Bima mengangkat isu persaingan diantara Cina sebagai rising power dengan Amerika Serikat, lewat perspektif big data 

Seusai pemaparan oleh kedua pembicara, sesi dilanjutkan dengan sesi Q&A untuk mengakomodir pertanyaan dari para peserta diskusi yang cukup antusias dengan materi yang dibawakan oleh kedua pembicara. Secara umum, acara diskusi Beyond The Great Wall #20 berlangsung dengan lancar dan kondusif.


 

[IIS RECAP] Seminar Presidensi Indonesia G20 “Kepemimpinan Untuk Tata Dunia”

Kamis, (17/03) Universitas Gadjah Mada melalui Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM), Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada dan Keluarga Alumni FISIPOL Gadjah Mada (KAFISPOL GAMA) menyelenggarakan Seminar Presidensi Indonesia G20 “Kepemimpinan Untuk Tata Dunia” sebagai pembuka dari rangkaian kegiatan “Presidensi Indonesia G20: Kepemimpinan untuk Tata Dunia” yang akan berlangsung hingga akhir tahun 2022. Sebagai kegiatan pembuka, seminar pembukaan berlangsung secara bauran di Balai Senat Universitas Gadjah Mada dan Zoom Meeting Universitas Gadjah Mada, dan juga disiarkan secara langsung lewat akun platform youtube.

Dalam seminar tersebut, hadir Menteri Koordinator bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto sebagai Keynote Speaker. Sebagai pembicara, pada sesi pertama IIS UGM mengundang Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin dan Staf Khusus Menteri Luar Negeri untuk Penguatan Program Program Prioritas serta Co-Sherpa G20 Indonesia, Dian Triansyah Djani. Pada sesi kedua, turut hadir secara daring Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif dan Staf Khusus Menteri Kominfo Bidang Digital dan SDM, Dedy Permadi.

Sebelum acara dimulai, acara diawali dengan sambutan oleh Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Wakil Ketua Umum Bidang Kemitraan KAFISPOLGAMA, sebelum dibuka diresmikan oleh Rektor Universitas Gadjah Mada. Seusai pembukaan, acara langsung dilanjutkan dengan sesi pertama yang berlangsung secara bauran. Pada sesi pertama ini, untuk mendampingi kedua pembicara hadir dua penanggap dari lingkup Universitas Gadjah Mada, yaitu Prof. Dr. Mohtar Mas’oed dan Prof. Ova Emilia, sementara Drs. Muhadi Sugiono, Dosen Departemen Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada berperan sebagai moderator.

Sesi pertama dibuka oleh Staf Khusus Menteri Luar Negeri untuk Penguatan Program Program Prioritas serta Co-Sherpa G20 Indonesia, Dian Triansyah Djani yang membawakan materinya yang berjudul “G20 Dan Politik Luar Negeri Indonesia”. Dalam kesempatan tersebut, beliau membahas mengenai isu-isu yang menjadi prioritas Pemerintah Republik Indonesia serta tantangan yang akan dihadapi dalam perhelatan Presidensi Indonesia G20 tahun ini, yang mengusung tema Recover Together, Recover Stronger, dan akan menjadi pembuka jalan bagi presidensi 3 tahun kedepan yang akan dipimpin oleh negara-negara berkembang. Sesi kemudian dilanjutkan oleh Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin, yang hadir untuk membawakan materinya yang bertajuk “Summary of G20 Health Priorities” yang mengangkat fokus isu dan tantangan bagi Indonesia dalam memperkuat dan membangun infrastruktur Kesehatan Global lewat Presidensi Indonesia G20.

Seusai istirahat makan siang, acara dilanjutkan dengan pemaparan Keynote Speech oleh Menteri Koordinator bidang Perekonomian Indonesia, Airlangga Hartarto yang hadir langsung di Balai Senat Universitas Gadjah Mada. Dalam kesempatan tersebut, Beliau membawakan materinya yang berjudul “Presidensi G20 dan Agenda Strategis Indonesia”, dan membahas mengenai kondisi perekonomian Indonesia pasca pandemi COVID 19, dan momentum transformasi ekonomi dan prioritas Presidensi G20 Indonesia. Melalui Presidensi G20, Indonesia berupaya untuk mewujudkan transformasi ekonomi, sembari  berfokus kepada 3 agenda utama, yaitu Arsitektur Kesehatan Global, Transformasi Ekonomi berbasis Digital dan Transisi Energi,

Sesi Keynote Speech kemudian dilanjutkan dengan sesi kedua, yang menandakan transisi acara menjadi daring via platform Zoom Meeting yang juga disiarkan melalui Youtube Universitas Gadjah Mada. Dalam sesi terakhir ini, untuk menemani kedua pembicara Universitas Gadjah Mada mengundang dua penanggap, yaitu Dr. Riza Noer Arfani dan Dr.Danang Sri Hadmoko yang didampingi oleh Dr. Poppy Sulistyaning Winanti sebagai moderator diskusi.

Sesi Kedua dibuka oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Arifin Tasrif yang membawakan materinya yang berjudul “Politik Transisi Energi Dunia : (Re) Posisi Indonesia dalam Tata Kelola Energi dan Lingkungan”. Lewat materinya, Menteri ESDM mengangkat isu-isu energi dan sumber daya mineral yang menjadi tantangan global dalam mewujudkan transisi energi dan pemenuhan Target Net Zero Emission. Untuk mewujudkan transisi energi tersebut, dibutuhkan komitmen, kesiapan dan ketersediaan teknologi serta investasi yang mendukung. Sesi kemudian dilanjutkan oleh pembicara terakhir, yaitu Staf Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika Bidang Digital dan SDM, Dedy Permadi. Dalam materi yang bertajuk “Selayang Pandang G20 Digital Economy Working Group (DEWG) 2022”, dibahas mengenai potensi ekonomi digital Indonesia, serta peluang dan tantangan yang harus dihadapi oleh Indonesia dalam memanfaatkan Presidensi Indonesia di G20 untuk mewujudkan percepatan transformasi digital nasional lewat 4 pilar utama: infrastruktur digital, pemerintahan digital, masyarakat digital dan ekonomi digital.

Berakhirnya sesi kedua menandakan berakhirnya Seminar Presidensi Indonesia G20 “Kepemimpinan Untuk Tata Dunia“, dan rangkaian kegiatan “Presidensi Indonesia G20: Kepemimpinan untuk Tata Dunia” akan dilanjutkan pada kegiatan selanjutnya.


[IIS RECAP] IIS Strategic Talk : “Krisis Ukraina : Tragedi Great Power Politics?”

Minggu (6/03), Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) melangsungkan kegiatan diskusi IIS Strategic talk untuk merespon dan membahas mengenai Krisis yang terjadi di Ukraina. Dalam acara yang bertajuk “Krisis Ukraina : Tragedi Great Power Politics?“, IIS UGM menghadirkan para dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional sekaligus peneliti Institute of International Studies UGM, yaitu Muhadi Sugiono, Mohtar Masoed, Dafri Agussalim, Siti Mutiah Setiawati, Treviliana Eka Putri dan Luqman-nul Hakim untuk berdiskusi dan membahas tentang berbagai aspek dalam krisis yang terjadi, mulai dari efektivitas sanksi terhadap rusia, hingga penggunaan media sebagai sarana perang siber. Sebagai moderator, IIS UGM menghadirkan oleh Cut Intan Aulianisa Isma, Manajer IIS UGM

Sesi dibuka oleh Mohtar Masoed, yang membawakan materi yang berjudul “Membaca Krisis Ukraina Melalui Lensa Global South”, dan mengajak para peserta untuk memandang konflik yang terjadi akibar agresi Rusia lewat kacamata Global South. Pemaparan kemudian dilanjutkan oleh Siti Mutiah Setiawati dengan materinya “Sanksi atas Rusia : Resolusi untuk Konflik?” yang mengangkat tema seputar efektivitas dari sanksi yang ditetapkan oleh negara-negara Barat terhadap Rusia, dan apakah langkah tersebut merupakan langkah resolusi konflik yang tepat.

Melanjutkan diskusi, Dafri Agussalim memaparkan materinya yang berjudul “Perang dan Aliansi, Politik Pakta Pertahanan” untuk memandang bagaimana aliansi dalam bentuk pakta pertahanan seperti NATO dapat mempengaruhi krisis di Ukraina. Di sisi lain, lewat materinya “Krisis Keamanan dan Masa Depan Global Order”, Muhadi Sugiono membahas mengenai bagaimana krisis keamanan yang terjadi dapat mempengaruhi tatanan global kedepannya, termasuk kemungkinan munculnya dua kutub seperti dalam era Perang Dingin.

Luqman Nul Hakim mengangkat tema “Belajar dari Krisis : Tantangan Perdamaian Dunia” dan membahas mengenai implikasi dari krisis yang terjadi di Ukraina, dan bagaimana hal tersebut dapat dijadikan pelajaran kedepannya untuk merealisasikan perdamaian dunia. Sebagai penutup, Treviliana Eka Putri membahas mengenai aspek perang siber, propaganda dan misinformasi sebagai instrumen baru yang digunakan oleh kedua belah pihak dalam Krisis di Ukraina dan bagaimana respon dunia internasional lewat materinya yang bertajuk “Perang dan Media Baru : Perang Siber dan Respon Dunia

Dalam acara yang berlangsung secara lancar di Zoom Meeting HI UGM tersebut, selain diskusi diantara para pembicara, pertanyaan para peserta diskusi juga turut terakomodasi dalam sesi Q&A yang berlangsung dengan kondusif.

[IIS RECAP] Menuju Pekerjaan yang Layak: G-20, Precariarity dan Tantangan Sektor Ketenagakerjaan

Jumat, (17/06)  lalu, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) bekerjasama dengan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM) dan Unit Penelitian, Publikasi, dan Pengabdian kepada Masyarakat FISIPOL UGM (UP3M) menyelenggarakan Focus Group Discussion (FGD) pertama dari serial FGD FISIPOL UGM untuk Presidensi Indonesia G-20. Edisi pertama kali ini bertajuk “Menuju Pekerjaan yang Layak: G-20, Precariarity dan Tantangan Sektor Ketenagakerjaan”.

Dalam edisi perdana kali ini IIS UGM menghadirkan narasumber-narasumber dari berbagai institusi yaitu Prof. Drs. Anwar Sanusi, MPA, Ph.D (Sekretaris Jenderal Kementerian Ketenagakerjaan), Indrasari Tjandraningsih, M.A., (Staf Pengajar Ilmu Manajemen Universitas Katolik Parahyangan), Dr. Amalinda Savirani (Ketua Program Doktor Departemen Ilmu Politik dan Pemerintahan FISIPOL UGM),  dan Nining Elitos (Ketua Umum Kongres Aliansi Serikat Buruh Indonesia). mendampingi para narasumber, Dr. Muchtar Habibi, Dosen (Departemen Manajemen dan Kebijakan Publik) berperan sebagai moderator.

Diskusi dibuka oleh chair yang membahas mengenai Isu pekerjaan yang penting didiskusikan, dimana menurut ILO hampir separuh pekerja dunia terlibat dalam pekerjaan yang rentan atau dalam sektor informal.  Problematika tersebut juga turut mempengaruhi Indonesia, dan presidensi G20 Indonesia merupakan momen yang tepat untuk membahas isu tersebut. Setelah pembukaan oleh chair, Prof Anwar melanjutkan sesi dengan memaparkan mengenai kondisi, tantangan dan kebijakan pemerintah di bidang ketenagakerjaan.  Bu Indrasari melanjutkan sesi dengan pembahasan seputar isu perlindungan tenaga kerja yang menjadi semakin penting di tengah rezim fleksibilisasi yang berupaya  membuat proses kerja dan produksi lebih efisien. Bu Nining mengangkat isu kondisi serikat buruh yang membutuhkan peran pemerintah dalam menyiapkan kebijakan, pencegahan, pengawasan hukum penting. Terakhir, Dr. Amalinda membahas mengenai G20, precarity, dan tantangan sektor tenaga kerja dari perspektif serikat buruh dalam merespon pergeseran dunia kerja dengan ciri “flexibility” dan “precarity”.

Dalam acara yang berlangsung secara daring di platform ZOOM Meeting IIS UGM selama kurang lebih dua jam tersebut, peserta diskusi secara antusias mendengarkan pemaparan narasumber, dan berpartisipasi secara aktif dalam sesi tanya jawab yang berjalan dengan kondusif.

[RECAP] Beyond The Great Wall #17 : Cina Kontemporer: Kebangkitan dalam Kesenjangan

Pada Jumat (29/10), Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan forum diskusi Beyond The Great Wall (BTGW) edisi #17 yang bertajuk “Cina Kontemporer: Kebangkitan dalam Kesenjangan”. Dalam kesempatan tersebut, IIS UGM mengundang Gufron Gozali, Asisten Riset dari Universitas Islam Indonesia dan Nadya Zafira, Mahasiswa Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada. Kedua pembicara didampingi oleh Fanya Tarissa Anindita, Staf Divisi Publikasi IIS UGM sebagai moderator.

Sesi pertama dimulai oleh Gufron, yang membawakan materi berjudul “Indonesia dan Kebangkitan Cina”. Mengawali pembahasannya, Gufron menilik kembali sejarah Cina, dari masa keterpurukan hingga bangkitnya komunisme dan kebangkitan Cina di tahun 1945. Tidak dapat dipungkiri bahwa Cina telah mengalami kebangkitan ekonomi yang sangat progresif, mencapai rata rata sebesar 9.5% dalam 40 tahun terakhir. Di sisi lain, laju perkembangan Cina juga diiringi dengan pasang surut hubungan antara Cina dengan Indonesia, yang sempat “mesra” di era Orde Lama, putus hubungan di era Orde Baru, hingga pemulihan hubungan kedua negara pada era reformasi.

Pemulihan kerja sama Indonesia-Cina semakin gencar dilanjutkan oleh pemerintahan Presiden Jokowi. Gufron menekankan bahwa nilai perdagangan diantara kedua negara terus meningkat, termasuk kerjasama melalui program Belt and Road Initiative (BRI). Namun, di sisi lain hubungan kedua negara harus menghadapi tantangan baru, seperti persepsi negatif masyarakat terhadap Cina,  neraca perdagangan yang tidak seimbang, hingga sentimen buruk masyarakat yang diakibatkan oleh masuknya tenaga kerja asing dari Cina pada sektor-sektor yang belum dapat dipenuhi oleh tenaga kerja Indonesia.

Seusai pemaparan Gufron, sesi dilanjutkan oleh Nadya, yang membawakan materinya yang berjudul “Prekariat Digital dalam Masa Kesejahteraan Bersama (Common Prosperity)”. Dalam materinya, Nadya mengangkat mengenai isu transisi sebagian tenaga kerja Cina yang beralih profesi menjadi pekerja digital. Peralihan ini terjadi sebagai bentuk dari berkembangnya sharing economy yang mengandalkan platform-platform digital dan internet sebagai medianya. Tentunya, banyak pekerja di Cina yang memilih untuk menjadi digital worker karena tergiur oleh pendapatan yang lebih tinggi, fleksibilitas dalam bekerja hingga syarat yang lebih ringan apabila dibandingkan dengan pekerja konvensional.

Namun, pada kenyataannya para pekerja digital di Cina dihadapkan kepada banyak problematika yang harus dihadapi, mulai pendapatan yang tidak stabil, jam kerja yang tidak menentu, risiko kecelakaan kerja yang lebih tinggi, hingga kemungkinan perlindungan asuransi sosial yang lebih rendah. Tidak adanya proteksi hukum dari pemerintah Cina membuat kondisi yang harus dihadapi oleh para pekerja digital menjadi semakin sulit, dan tuntutan para pekerja digital menjadi marak disuarakan lewat berbagai macam aksi dan unjuk rasa. Hal ini, menurut Nadya menjadi sebuah dilema bagi pemerintah Cina, tidak berdayanya para pekerja digital justru mengancam nilai-nilai Masa Kesejahteraan Bersama yang dicanangkan oleh pemerintahan Xi Jinping.

[RECAP] BTGW #17 : Contemporary China: The Rise behind The Economic Gap

On Friday (29/10), Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada successfully held the #17 Beyond the Great Wall discussion focusing on the topic of “Contemporary China: The Rise behind The Economic Gap”. IIS invited Gufron Gozali, a research assistant from Universitas Islam Indonesia and Nadya Zafira, an International Relations student from Universitas Gadjah Mada dor this round of discussion. With Fanya Tarisa Anindita, our Publication Intern acting as the moderator.

Gufron started the first session, presenting about “Indonesia and the Rise of China”, looking back to China’s history from its dark time to the rise of communism and the rise of China in general in 1945. It is undeniable how China has undergone such progressive economic rise, reaching an average of 9,5% in the past 40 years. On the other hand, along with China’s economic growth, the relation between China and Indonesia fluctuates. At one point Both parties were considered close before the New Order, but during the New Order the relations was severed and finally during Reform era both countries start to actively engage in various sector yet again.

The recovery of Indonesia and China’s cooperation continued intensely under Jokowi’s government. Gufron stressed that trade value between the countries has always been increasing, including the cooperation through the Belt Road Initiative (BRI) program. However, this cooperation is facing new challenges, such as the prejudice and negative perception from Indonesian citizens towards China, problems with the balance of trade, to the sentiment growing among the citizens about migrant workers from China.

After Gufron’s presentation, Nadya continued the session with the topic of “Digital Precariat in the Common Prosperity Era.” In her presentation, Nadya spoke about the transition experienced by Chinese employees who had to change their profession to be digital workers. This transition happened as an impact of sharing economy’s development, which depends on digital platforms and the internet as the main vessel. It is clear that the majority of employees are willing to transition to digital workers, for its higher incentives, flexible working hours and less restrictive requirements compared to conventional workers.

However, in reality, digital workers are faced with a lot of obstacles such as unstable income, unpredictable working hours, higher risk of accidents at work, and not-so-secure social insurance. The lack of legal protection makes it harder for digital workers to voice their demands, resulting in protests and demonstrations. This has been a dilemma for the government, the position where the digital workers are right now is actually against the Common Prosperity Era’s values by Xi Jinping, Nadya stated.