IIS Monograph Series #9 | Damai Pangkal Damai – Tidak Baik-Baik Saja: Refleksi Perlawanan Nirkekerasan di Indonesia dan Dunia 2024

2024 bisa disebut sebagai tahun pemilihan umum. Betapa tidak, lebih dari setengah penduduk dunia tinggal di negara yang menghelat pemilihan umum pada tahun itu. Sayangnya, di banyak tempat, ajang yang seharusnya menjadi “pesta demokrasi” tersebut belum berhasil mengadang, apalagi memukul balik proses otokratisasi yang telah berlangsung secara global hampir dua dekade terakhir. Tidak ada pilihan selain memperkuat dan memperluas perlawanan nirkekerasan yang telah dilalukan selama ini.

Di Indonesia, ribuan orang turun ke jalan menjawab panggilan “Garuda Biru.” Di Korea Selatan, Bangladesh, dan Guatemala, warga memakzulkan presiden yang mengkhianati semangat demokrasi. Bahkan, di tengah represi yang kuat, warga Iran dan Afghanistan terus melawan, meski terkadang melakukannya secara lebih tersembunyi.

Tidak Baik-Baik Saja: Refleksi Perlawanan Nirkekerasan di Indonesia dan Dunia 2024
– Indonesia 2024: Tidak Baik-Baik Saja, diah kusumaningrum
– 2024 Maximalist Wrapped: Cepat atau Lambat, Yang Penting Selamat, Dhania Salsha Handiani
– Hidup Para Pemimpin! Mempertanyakan Aksi Pro-Rezim, Daniel Petz
– ⁠Unarmed Civilian Protection: Radikal atau Masuk Akal?, Huibert Oldenhuis
– ⁠Chaiwat Satha-Anand & Misi Mustahilnya, Chayanit Poonyarat

IIS Monograph Series #7 | No Man’s Land No Longer: Kontestasi Sumber Daya dan Geopolitik di Kawasan Arktik

Alih-alih dipandang sebagai kawasan terabaikan, Arktik kini bertransformasi menjadi kawasan strategis yang kaya sumber daya alam serta jalur pelayaran baru akibat mencairnya es. Berbagai negara mulai memperebutkan kawasan Arktik untuk memperluas pengaruh serta mengamankan kepentingan tanpa memperhatikan keberlanjutan eksistensi masyarakat adat Arktik. Implikasinya, masyarakat adat Arktik kerap diperlakukan sebagai subjek pasif. Dengan berbagai tekanan terhadap pergulatan geopolitik dan kontestasi sumber daya antarnegara, masyarakat adat secara simultan menemukan cara untuk turut terlibat aktif dalam dinamika tersebut.

IIS Research Monograph berjudul No Man’s Land No Longer: Kontestasi Sumber Daya dan Geopolitik di Kawasan Arktik akan membahas dinamika reposisi Arktik dari kawasan yang terabaikan menjadi arena pergulatan geopolitik dengan tiga konteks diskursif besar: (1) Kolonialisme hingga Perang Dingin, (2) Pasca-Perang Dingin, dan (3) Tata dunia pasca-unipolar.

GLOBAL SOUTH REVIEW | Volume 6 No. 2 December 2024

Newest edition of Global South Review is now available!

Global South Review is a social and political journal that aims to provide an academic and policy platform to exchange views, research findings, and dialogues within the Global South and between the Global North and the Global South.

Global South Review examines all the issues encountered by Global South in the context of current international justice, security, and order. The journal focuses, but not exclusively, on the role of Global South in global politics; the rise, demise, and possible revival of South-South internationalism and Bandung Spirit; and the dynamics of relations between Global South and Global North. Authors may submit research articles and book reviews in related subjects.

In this edition, GSR features six writings highlighting various issues paramount in the Global South.

Access it through the link:
jurnal.ugm.ac.id/globalsouth

[IIS BRIEF] The Kremlin’s Visit to the Red Dragon’s Lair: A Stimulus-Response Look into Russia’s May Visit to China

On April 29, 2024, NATO Secretary General (Jens Stoltenberg) visited Kyiv to reaffirm NATO’s support for Ukraine amid the ongoing war with Russia. Two weeks later, Vladimir Putin visited Beijing, marking the first meeting with Chinese President Xi Jinping in over six months. It raised questions about the timing and significance of the visit, especially in light of recent developments between Russia and China and Stoltenberg’s earlier visit to Ukraine. How the meeting between NATO and Ukraine served as a stimulus for Russia that eventually led to its response in the form of engagement with China? This episode of IIS Brief will analyze the Putin’s visit to Beijing on May 2024 using the stimulus-response theory.

Author: Raihan Alfi
Editor: IIS Team
Designer: Dian Adi MR

[IIS RECAP] Peluncuran Kelas Daring “Netizen Juga Citizen: Menyemarakkan Aktivisme Digital”

Yogyakarta, 24 Oktober 2024 – Dalam rangka mewujudkan masyarakat yang lebih demokratis melalui aktivisme digital, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM), berkolaborasi dengan British Council Alumni UK Social Action Grant, mengadakan peluncuran kelas daring yang berjudul “Netizen Juga Citizen: Menyemarakkan Aktivisme Digital”. Kelas ini dapat diakses oleh kalangan umum melalui FISIPOL UGM Online Campus (FOCUS UGM) secara gratis. Peluncuran kelas daring “Netizen Juga Citizen: Menyemarakkan Aktivisme Digital” merupakan acara yang diselenggarakan oleh IIS UGM yang didukung oleh British Council melalui skema hibah Alumni UK Social Action Grant yang mengangkat topik mengenai “Digital Activism For All.” Kelas daring ini diharapkan dapat membekali masyarakat dengan kemampuan untuk merefleksikan, melakukan, dan melembagakan aktivisme digital.

Sambutan dari Mr. Summer Xia selaku Country Director Indonesia & South East Asia Cluster Lead British Council.

Acara dimulai dengan sambutan pertama dari Mr. Summer Xia selaku Country Director Indonesia & South East Asia Cluster Lead British Council. “Aktivisme digital telah menjadi alat penting untuk mendorong perubahan positif dan mewujudkan masyarakat yang lebih adil. Dengan mengintegrasikannya ke dalam platform FOCUS UGM, kami akan membuat pendidikan aktivisme digital dapat diakses oleh semua orang,” ucap Mr. Summer Xia.

Sambutan kedua disampaikan oleh Dr. Luqman-Nul Hakim, Direktur IIS UGM. Dr. Luqman menekankan bahwa “Melalui kegiatan diskusi pada hari ini, kita diharapkan dapat belajar bersama dengan pembicara terkait pengalaman-pengalaman menggunakan dunia digital sebagai ruang aktivisme baru.”

Sambutan ketiga disampaikan oleh Dr. Wawan Mas’udi selaku Dekan FISIPOL UGM yang menggarisbawahi pentingnya aktivisme digital sebagai upaya untuk memperkuat demokrasi serta partisipasi masyarakat dalam berbagai aspek kehidupan. Sambutan tersebut juga menandakan diresmikannya kelas daring “Netizen Juga Citizen: Menyemarakkan Aktivisme Digital” di platform FOCUS UGM.

Selayang pandang kelas aktivisme digital oleh Dr. Diah Kusumaningrum.

Sebelum masuk ke diskusi utama, Dr. Diah Kusumaningrum memberikan selayang pandang tentang program kelas aktivisme digital. “Pada awalnya, IIS UGM dan Yayasan TIFA bekerja sama untuk membuat modul aktivisme digital. Modul tersebut menjadi basis dalam menyelenggarakan pelatihan di Yogyakarta, Makassar, maupun secara daring dan diikuti oleh 110 organisasi masyarakat sipil di Indonesia. Dari situlah kami berencana untuk memperluas kebermanfaatan dari modul aktivisme digital dengan meluncurkan kelas daring ‘Netizen Juga Citizen: Menyemarakkan Aktivisme Digital’ di platform FOCUS UGM,” kata Dr. Diah. 

Acara kemudian dilanjutkan dengan sesi diskusi yang dipandu oleh Ni Made Diah Apsari Dewi. Terdapat tiga pembicara yang turut hadir untuk berbagi pengalaman serta perspektif mereka terkait aktivisme digital, yakni Muhammad Raafi (Koordinator Climate Rangers Jogja), Dzaky Putra Wirahman (Editor in Chief What Is Up, Indonesia?), dan Coory Yohana (Damai Pangkal Damai). Poin-poin yang dibahas berkaitan dengan definisi aktivisme digital, tantangan dan peluang aktivisme digital, serta bagaimana menggunakan aktivisme digital untuk merespons kondisi sosial politik kontemporer di sekitar kita.

Sesi diskusi bersama ketiga pembicara, yaitu Muhammad Raafi (Koordinator Climate Rangers Jogja), Coory Yohana (Damai Pangkal Damai), dan Dzaky Putra Wirahman (Editor in Chief What Is Up, Indonesia? – secara daring).

Beberapa temuan yang didapatkan dari sesi diskusi adalah pertama, aktivisme digital merupakan bagian yang tidak dapat terpisahkan dengan aktivisme konvensional. Aktivisme digital memiliki fungsi sebagai jalur penyebaran informasi, alat pembentuk narasi, serta jalur untuk mendukung aktivisme di lapangan. Kedua, ruang digital bukanlah tempat yang ‘netral’, melainkan tempat ‘tarik ulur’ kekuasaan sehingga kita sebaiknya melihat ruang tersebut sebagai wadah untuk menjalankan kewajiban kewarganegaraan melalui aktivisme digital. Ketiga, kita tidak perlu menunggu kata ‘siap’ untuk melakukan aktivisme digital. Mengambil langkah pertama dan membentuk komunitas merupakan dua hal penting. Komunitas tidak hanya akan ‘meminjamkan keberanian’, tetapi juga dapat melengkapi kekurangan dalam melakukan aktivisme digital yang mungkin kita miliki.

Setelah diskusi selesai, terdapat sesi tanya jawab untuk memberikan kesempatan bagi peserta dalam bertukar pendapat maupun memperdalam pengetahuan mereka. Kemudian, acara ditutup dengan sesi dokumentasi bersama.

 

Written by: Anggita Fitri Ayu Lestari
Editor:  Albert Nathaniel & Ni Made Diah Apsari Dewi

 

[IIS RECAP] Stakeholders Meeting Penelitian Contesting Loss for Indonesian Communities in Climate Crisis (CLICCC)

Sebagai bagian dari kegiatan penelitian berjudul Contesting Loss for Indonesian Communities in Climate Crisis (CLICCC), Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) bersama dengan Murdoch University serta anggota konsorsium CLICCC, mengadakan serangkaian acara diskusi dan pemaparan hasil penelitian pada tanggal 7 – 11 Oktober 2024. Dengan bergerak di bawah naungan hibah KONEKSI, kemitraan CLICCC terdiri dari Murdoch University Indo-Pacific Research Centre, sebagai mitra Australia. Sementara itu, IIS UGM merupakan ketua konsorsium Indonesia yang bermitra dengan RUJAK Centre for Urban Studies; Pusat Studi Pembangunan Berkelanjutan, Universitas Satya Wacana; Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta; serta Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin.

Penelitian CLICCC berusaha untuk menjawab dua pertanyaan inti. Pertama, bagaimana kerugian dan kerusakan dihitung untuk dan dalam komunitas yang beragam, khususnya untuk sumber daya ekonomi, ekologi, serta non-ekonomi yang kompleks seperti pengetahuan adat dan kesehatan mental? Kedua, kemitraan seperti apa yang perlu dibangun oleh masyarakat dengan pemerintah untuk mengajukan klaim terhadap dana kerugian dan kerusakan secara global? Pertanyaan-pertanyaan inilah yang mendasari riset lapangan di tiga wilayah berbeda, yaitu Pulau Pari di Kepulauan Seribu, Penjaringan di Jakarta Utara, dan Banyusidi di Jawa Tengah.

Pada tanggal 7 – 8 Oktober 2024, tim CLICCC mengadakan rapat internal selama dua hari untuk mengevaluasi proyek strategis. Dua hal yang menjadi sasaran utama evaluasi berkaitan dengan relevansi pertanyaan penelitian dan objektif penelitian. Rapat internal tersebut juga membahas agenda untuk CSO day dan Government day. Dr. Rebecca Meckelburg, fellow researcher IIS UGM, menyampaikan bahwa kita perlu lebih peka ketika mendefinisikan ‘kerentanan’ dalam konsep pembuatan klaim. Komunitas mengalami kerugian ekonomi serta budaya yang berbeda-beda, di mana dampak yang dialami juga berkelindan dengan adanya ketidaksetaraan. Oleh karenanya, kita perlu berhati-hati dalam membuat klaim yang luas mengenai dampak perubahan iklim.

Lokakarya bersama organisasi masyarakat sipil dan para jurnalis pada tanggal 9 Oktober 2024.

Selanjutnya, pada tanggal 9 Oktober 2024, diadakan lokakarya bersama organisasi masyarakat sipil dan para jurnalis. Tujuan dari lokakarya tersebut adalah mengenalkan penelitian CLICCC kepada masyarakat sipil, membangun koalisi yang luas dan beragam untuk Loss & Damage (L&D), serta menciptakan ruang untuk saling berbagi hasil temuan. Lokakarya dihadiri oleh beberapa aktor, seperti WALHI, The Conversation, perwakilan masyarakat Muara Angke dan Muara Baru, perwakilan masyarakat Pulau Pari, serta perwakilan KONEKSI.

Acara dimulai dengan pembukaan dari Dr. Luqman-Nul Hakim selaku Direktur IIS UGM dan diikuti dengan sambutan dari Irene Pingkan Umboh selaku Wakil Kepala Bidang Kemitraan KONEKSI. Lokakarya kemudian dilanjutkan dengan presentasi oleh empat narasumber, yakni Pengenalan Konsorsium dan Kerangka Riset oleh Dr. Luqman-Nul Hakim, Lompat Skala dalam Advokasi Keadilan Iklim oleh Dr. Agung Wardana, Perubahan Iklim dan Dampak pada Masyarakat Pedesaan oleh Dr. Rebecca Meckelburg, serta Loss & Damage: Belajar dari Komunitas Pesisir Kota oleh RUJAK Centre for Urban Studies. Setelah presentasi selesai, terdapat sesi sharing bersama dan storyboard untuk memberikan kesempatan berbagi pendapat atau pengalaman para organisasi masyarakat sipil dan jurnalis yang berkaitan dengan krisis iklim.

Pemaparan hasil penelitian CLICCC bersama pemerintah pada tanggal 10 Oktober 2024.

Di hari keempat (10 Oktober 2024), tim CLICCC mengadakan Government day atau pemaparan hasil penelitian bersama pemerintah yang turut dihadiri oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia; Direktur Pembangunan, Ekonomi, dan Lingkungan Hidup – Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, serta BAPPENAS. Tujuan dari pertemuan tersebut yaitu berbagi hasil penelitian dengan perwakilan pemerintah dan melakukan eksplorasi perkembangan terkini isu perubahan iklim, utamanya dalam hal perubahan rezim.

Kegiatan diawali dengan penjelasan mengenai penelitian CLICCC secara garis besar oleh Jacqui Baker dari Murdoch University dan Dr. Paskal Kleden dari KONEKSI. Jacqui Baker menyampaikan bahwa ide penelitian CLICCC muncul dari fakta di lapangan bahwa perubahan iklim sedang terjadi begitu cepat dan memberikan dampak ekonomi maupun non-ekonomi terhadap kehidupan masyarakat. Karenanya, perlu adanya riset mendalam untuk memetakan aspirasi guna memberikan bantuan kepada masyarakat yang mengalami dampak irreversible akibat perubahan iklim.

Kegiatan kemudian diisi dengan sesi pemaparan hasil penelitian oleh empat narasumber, yakni Dr. Luqman-Nul Hakim dari IIS UGM, Dr. Rebecca Meckelburg yang merupakan fellow researcher IIS UGM, Elisa Sutanudjaja dari RUJAK Centre for Urban Studies, serta Dr. Agung Wardana dari Universitas Gadjah Mada. Salah satu temuan penting dari pemaparan tersebut adalah tata kelola iklim di Indonesia, terutama dalam isu L&D masih kurang efektif karena belum ada kerangka regulasi yang dapat melindungi masyarakat terdampak iklim. Hal tersebut tercermin dari bagaimana slow-onset disaster belum diperhitungkan, padahal variabel tersebut merupakan karakteristik utama dari L&D. Tata kelola iklim nasional tampaknya hanya mereplikasi serta memperkuat model pembangunan teknokratik dan sentralistik. Setelah presentasi selesai, dilanjutkan dengan sesi tanggapan serta tanya jawab bersama pihak pemerintah.

Pada hari terakhir (11 Oktober 2024), acara ditutup dengan diselenggarakannya rapat internal oleh tim CLICCC untuk membahas refleksi dari desain penelitian di masa mendatang. Hal ini juga berkaitan dengan perencanaan kembali mengenai kolaborasi mitra, pengelolaan lembaga, serta jenis hibah yang ingin didapatkan di masa mendatang.

Written by: Anggita Fitri Ayu Lestari
Editor: Ni Made Diah Apsari Dewi