IIS Monograph Series #7 | No Man’s Land No Longer: Kontestasi Sumber Daya dan Geopolitik di Kawasan Arktik

Alih-alih dipandang sebagai kawasan terabaikan, Arktik kini bertransformasi menjadi kawasan strategis yang kaya sumber daya alam serta jalur pelayaran baru akibat mencairnya es. Berbagai negara mulai memperebutkan kawasan Arktik untuk memperluas pengaruh serta mengamankan kepentingan tanpa memperhatikan keberlanjutan eksistensi masyarakat adat Arktik. Implikasinya, masyarakat adat Arktik kerap diperlakukan sebagai subjek pasif. Dengan berbagai tekanan terhadap pergulatan geopolitik dan kontestasi sumber daya antarnegara, masyarakat adat secara simultan menemukan cara untuk turut terlibat aktif dalam dinamika tersebut.

IIS Research Monograph berjudul No Man’s Land No Longer: Kontestasi Sumber Daya dan Geopolitik di Kawasan Arktik akan membahas dinamika reposisi Arktik dari kawasan yang terabaikan menjadi arena pergulatan geopolitik dengan tiga konteks diskursif besar: (1) Kolonialisme hingga Perang Dingin, (2) Pasca-Perang Dingin, dan (3) Tata dunia pasca-unipolar.

IIS Monograph Series #6 | Dekolonisasi Studi Hubungan Internasional

Bagaimana dekolonisasi studi Hubungan Internasional dilakukan? Tidak dapat dimungkiri bahwa bentuk kolonialisasi melalui pengetahuan, termasuk budaya, berlangsung secara subtil, kompleks, tahan lama, dan terus direproduksi. Dominasi episteme pengetahuan yang bersentral dalam pendekatan Ero-Amerika menyebabkan pandangan bahwa seakan-akan hanya ada kebenaran tunggal, sementara model-model pengetahuan lain dianggap inferior dan tidak ilmiah. Isu-isu penelitian dan materi pengajaran dirumuskan berdasarkan kepentingan dan proyeksi politik negara adidaya untuk melanggengkan relasi kuasa yang asimetris. Dalam konteks ini, upaya dekolonisasi studi Hubungan Internasional menjadi sangat sentral.

IIS Research Monograph bertajuk Dekolonisasi Studi Hubungan Internasional akan menyajikan hasil pemikiran dan penelitian untuk membuka posibilitas produksi pengetahuan yang berbasis pada kondisi Negara Selatan, khususnya terkait warisan kolonialisme dan berorientasi pada politik emansipasi untuk memperjuangkan tata dunia yang lebih berkeadilan.

IIS Monograph Series #5 | Damai Pangkal Damai – A Race Against Time : Nonviolent Resistance in Indonesia and the World 2023 [English Version]

What is there to be proud of in 2023? Autocratization became worse, Russia’s invasion of Ukraine endured, the Israeli occupation of Palestine presented the world with live-streamed genocide, right-wing groups continued to emerge and win elections, while the climate crisis remained unaddressed. With those in mind, how are we supposed to be optimistic about 2024, the year where more than half of the world’s citizens cast their votes in general elections?

This fourth edition of Damai Pangkal Damai (DPD)’s annual reflection invites everyone to celebrate those who utilized nonviolent resistance to fight back against the above challenges. As usual, the annual reflection offers four segments, each discussing nonviolent resistance in Indonesia, maximalist movements around the world, a global reformist movement, and a special coverage. The first segment highlights the stagnation of nonviolent resistance in Indonesia. The second segment maps out maximalist movements that emerged, increased in intensity, dwindled, or turned into reformist movements throughout 2023. The third segment analyzes the escalation of the global climate movement. Last but not least, the fourth segment elaborates on the history and dynamics of nonviolent resistance within the Palestinian struggle for liberation.

IIS Monograph Series #5 | Damai Pangkal Damai – Berpacu Dengan Waktu : Refleksi Perlawanan Nirkekerasan di Indonesia dan Dunia 2023 [Bahasa Version]

Apa yang dapat dibanggakan dari tahun 2023? Otokratisasi semakin menjadi, invasi Rusia di Ukraina belum berakhir, pendudukan Israel di Palestina memasuki babak baru pembantaian warga sipil, krisis iklim semakin tidak tertangani, kelompok sayap kanan muncul di berbagai penjuru dunia – sulit rasanya melangkah masuk ke tahun 2024 dengan ringan dan optimis. Padahal di tahun 2024 ini, lebih dari separuh warga dunia – termasuk kita di Indonesia – berhadapan dengan pemilihan umum di negara masing-masing. Jika tidak waspada dan dilawan balik, proses yang seharusnya menjadi pesta demokrasi malah berpeluang menjadi pelembagaan otokratisasi. Siapa saja yang selama ini melawan balik menggunakan strategi nirkekerasan? Apa capaian mereka di tahun 2023?

Edisi keempat refleksi tahunan Damai Pangkal Damai (DPD) kembali menghadirkan empat segmen, masing-masing mengenai Indonesia, gerakan maksimalis, gerakan reformis, dan isu khusus. Segmen pertama mengulas perlawanan nirkekerasan di Indonesia tahun 2023, yang tidak menunjukkan perkembangan berarti dari tahun-tahun sebelumnya. Segmen kedua memetakan gerakan-gerakan maksimalis yang muncul, meningkat intensitasnya, meredup, atau berubah menjadi gerakan reformis di sepanjang 2023. Segmen ketiga menyoroti eskalasi gerakan iklim global. Adapun segmen keempat mengelaborasi sejarah dan dinamika perlawanan nirkekerasan dalam perjuangan pembebasan Palestina. Kesemuanya menggarisbawahi pentingnya bergerak sekarang, sebelum terlambat — sebelum otokrasi di Indonesia dan aneka negara lain lebih kuat terkonsolidasi, sebelum melampaui kenaikan suhu bumi 2 derajat Celcius, sebelum sebuah bangsa terhapus musnah.

IIS Monograph Series #4 | Damai Pangkal Damai – Stepping Up the Good Fight? Nonviolent Resistance in Indonesia and the World 2022 [English Version]

IIS Monograph Series #4 | Damai Pangkal Damai – Panjang Umur Perlawanan? Refleksi Aksi Nirkekerasan di Indonesia dan Dunia 2022 [Bahasa Version]

Tahun 2022 mungkin akan diingat sebagai tahun di mana dunia mulai lepas dari cengkeraman pandemi tetapi semakin dalam masuk jeratan otokratisasi. Warga sipil di berbagai belahan dunia – termasuk di Utara – berhadapan dengan penyusutan civic space dalam skala yang tidak terbayang sebelumnya. Menyusul pemberlakuan aneka aturan perundangan dan kooptasi berbagai lembaga negara, semakin mudah bagi banyak rezim menjustifikasi langkah-langkahnya, yang dalam standar demokrasi terbilang represif. Di tengah melonggarnya aneka pembatasan di masa pandemi, kita membayangkan bahwa semakin mudah pula bagi warga mengorganisir diri guna memukul balik laju otokratisasi. Benarkah demikian?

Edisi ketiga refleksi tahunan Damai Pangkal Damai (DPD) ini kembali mengetengahkan empat segmen, masing-masing mengenai Indonesia, gerakan maksimalis di berbagai negara, perjuangan berbasis isu di tingkat global, serta kajian khusus. Segmen pertama menyoroti stagnasi perlawanan di Indonesia tahun 2022, dengan menekankan pada lima tren serta ajakan membangun beberapa infrastruktur perlawanan. Segmen kedua mengelaborasi bagaimana banyak gerakan maksimalis yang berorientasi menjatuhkan rezim otoriter cenderung meredup sepanjang 2022, atau berubah menjadi gerakan reformis. Segmen ketiga merayakan semakin maraknya gerakan keadilan iklim, kesetaraan perempuan, serta kesejahteraan buruh yang diusung di berbagai penjuru dunia. Sementara itu, segmen keempat memantik diskusi mengenai peran pertahanan sipil nirkekerasan dalam menghadapi agresi militer negara lain – mengambil inspirasi dari kegigihan warga sipil Ukraina mengadang invasi Rusia.


 

IIS Monograph Series #3 | Buku Saku Small Arms and Light Weapons : Difusi, Regulasi, dan Pengalaman Indonesia

File dapat diunduh disini

IIS Monograph Series #2 | Damai Pangkal Damai – Pushing Back Autocratization : Nonviolent Resistance in Indonesia and the World 2021 [English Version]

Damai Pangkal Damai (DPD) is the first database project that focuses on nonviolent actions in Indonesia throughout the Reformasi era. Initiated in 2016, DPD is managed by the Institute of International Studies (IIS) — the research and advocacy arm of the Department of International Relations, Universitas Gadjah Mada. It publishes weekly infographics, monthly kaleidoscopes, and annual reflections on nonviolent resistance in Indonesia and the world, as well as a regular podcast highlighting the journeys of peace activists. This second edition of DPD’s annual reflections comes at a time where democracy backsliding (autocratization!) is picking up its speed. DPD believes that defending democracy is not just about strengthening the structures underpinning it (fair elections, separation of power, free press, etc.,). It is also — and perhaps, mostly — about fortifying the cultural components of democracy, including the civil society’s preferences and skills in waging nonviolent resistance. DPD extends its gratitude to Samsu Rizal Panggabean, Aghniadi, Arie Rostika Utami, Brigitta Kalina T.H., Ceng Husni Mubarak, Cut Intan Auliannisa Isma, Erica Chenoweth, Ihsan Ali-Fauzi, Jacky Manuputty, Jamila Raqib, Luqman-nul Hakim, Maurizka Callista, M. Scessardi Kemalsyah, Maulida Raviola, Michael Beer, Nurhawira Gigih Pramono, Novi Kurnia, Pandu Raka Pangestu, Puri Kencana Putri, Sana Jaffrey, Sandra Hamid, Treviliana Eka Putri, Veronique Dudouet, and Zainal Abidin Bagir. 

Click here to download the file.

IIS Monograph Series #2 | Damai Pangkal Damai – Mengadang Otokratisasi : Refleksi Perlawanan Nirkekerasan di Indonesia dan Dunia 2021 [Bahasa Version]

Damai Pangkal Damai (DPD) adalah proyek pangkalan data pertama yang mengkhususkan diri pada aksi nirkekerasan di Indonesia era Reformasi. Diinisiasi pada tahun 2016, DPD bernaung di Institute of International Studies (IIS), sayap riset dan advokasi Departemen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada. Pangkalan data DPD mencatat aksi-aksi nirkekerasan yang terjadi di Indonesia mulai 1999 hingga saat ini. Secara berkala, DPD meluncurkan siniar yang menampilkan para PNS — Pekerja Nirkekerasan Sehari-hari. DPD juga menerbitkan infografis mingguan, kaleidoskop bulanan, dan refleksi tahunan mengenai perlawanan nirkekerasan di Indonesia dan dunia. Refleksi tahunan yang mulai terbit sejak 2021 ini diharapkan menjadi rujukan bagi pihak-pihak yang berkomitmen memperkuat demokrasi. DPD percaya bahwa konsolidasi demokrasi tidak hanya diperjuangkan dengan memperkuat struktur demokrasi (pemisahan eksekutif-legislatif-yudikatif, pers yang bebas, pemilu yang luber dan jurdil, dan lainnya) tetapi juga dengan memperkuat kultur demokrasi – termasuk di dalamnya preferensi dan keterampilan aktor masyarakat sipil dan negara dalam berkontestasi secara nirkekerasan. 

Unduh dokumen di sini.

IIS Monograph Series #1 | Menakar Relevansi Kerja Sama Selatan-Selatan dengan Kebijakan Nasional Indonesia: Sebuah Kerangka Monitoring dan Evaluasi