[RECAP] Sarasehan Bijak Memilih: Roadshow ke Jogja!

Rabu, (31/05) lalu Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM)telah  berkolaborasi dengan Bijak Memilih Indonesia, NALAR Institute dan Think Policy untuk menyelenggarakan “Sarasehan Bijak Memilih : Roadshow ke Jogja!”, dengan tujuan untuk mempertemukan para pegiat komunitas lintas isu agar dapat saling bertukar pikiran tentang isu – isu kebijakan yang perlu mendapatkan perhatian serius dari calon wakil rakyat serta kepala dan wakil kepala negara. Acara bertempat di Selasar Barat Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM), dan menghadirkan pembicara – pembicara berkualitas yang akan membagikan aspirasinya sekaligus mengajak para peserta untuk berpikir bersama tentang berbagai macam isu.

Pada sesi pertama yang disebut sebagai Sesi Orasi, tim panitia mengundang Obed Kresna (Pegiat Sosial dan Manajer PARES), Gusti Nur Asla Shabia (FIAN & Sekolah Tani Muda) dan Kalis Mardiasih (Pegiat Isu Toleransi). Sebagai narasumber pertama, Obed membawakan isu “Keadilan Sosial : Pendidikan untuk Semua”, dan mengangkat mengenai isu ketidak – merataan pendidikan bagi masyarakat Indonesia, dan betapa urgensi dari isu tersebut bagi calon wakil rakyat dalam pemilihan yang akan datang. Shabia melanjutkan sesi orasi dengan topik “Krisis Iklim” dan mengangkat isu lingkungan dan AMDAL yang seringkali tidak diperhatikan. Terakhir, Kalis hadir untuk membahas mengenai isu “Keragaman dan Toleransi” dan mengangkat isu keragaman masyarakat dan hal-hal yang dapat membahayakan toleransi di antara masyarakat Indonesia yang heterogen.

Sesi Orasi kemudian dilanjutkan dengan Sesi Aspirasi, dimana para peserta acara diarahkan untu membagi diri menjadi  tiga klaster kecil sesuai dengan tiga isu yang diangkat pada Sesi Orasi. Mendampingi para peserta di masing-masing kluster, tim panitia mengundangn Joko Susilo (NALAR Institute) untuk menemani peserta di klaster isu keadilan sosial, Cut Intan Aulianisa Isma (IIS UGM) di isu krisis iklim, dan Yosef Bambang (NALAR Institute) di isu keberagaman dan toleransi. Pada akhir sesi aspirasi, masing masing kluster isu menunjuk satu perwakilan untuk naik ke panggung orasi dan membagikan kesimpulan dan pemikiran dari masing masing isu untuk peserta – peserta lain.

Seusai sesi orasi, acara dilanjutkan dengan sesi terakhir sebagai penutup rangkaian acara, yaitu Panggung Seni, yang menghadirkan Sindana (Ketjilbergerak) yang membawakan dua lagu bagi para peserta, sebelum diakhiri dengan sesi foto bersama.

Acara kali ini berlangsung dengan cukup lancar dan kondusif, dan diikuti oleh hampir 50 peserta yang cukup antusias dan partisipatif.

 

 

[RECAP] Beyond the Great Wall #26: Chinese Cuisine & Soft Power

Jumat (26/05) lalu, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada menyelenggarakan edisi ke-26 dari serial diskusi dwibulanan Beyond The Great Wall. Edisi ke-26 kali ini mengangkat tema “Chinese Cuisine & Soft Power”, dan membahas mengenai makanan dan minuman sebagai sebuah komponen dari penyebaran soft power Cina ke negara – negara lain. Untuk membahas mengenai topik ini, pada kesempatan tersebut IIS UGM mengundang dua pembicara untuk membahas materinya, yaitu Mohammad Izam Dwi Sukma, (Mahasiswa Studi Hubungan Internasional, Universitas Islam Indonesia) dan Nadya Zafira (Mahasiswi Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada). Sebagai moderator, IIS UGM mengundang Selma Theofany (Staf Divisi Riset Institute of International Studies Universitas Gadjah Mada). Sebelum sesi materi dimulai, Theo sebagai moderator menyampaikan tata tertib ruang diskusi sekaligus memeprkenalkan kedua pembicara secara singkat

Sesi dibuka oleh Mohammad Izam Dwi Sukma, yang membawakan materinya yang berjudul “Bisnis Minuman Manis : Komponen Soft Power Terkini Tiongkok?”. dalam materinya kali ini, Izam mengangkat kasus studi merk minuman manis Mixue, sebagai salah satu merk minuman manis asal negeri tirai bambu yang dengan cepat menjamur dan berhasil membuka cabangnya di berbagai kota di Indonesia. Lewat berbagai macam brand (termasuk Mixue), Cina dapat memproyeksikan produk minuman manisnya sebagai salah satu komponen soft power yang merambah berbagai kota di Indonesia, dan mampu menyaingi merk dagang lain yang menjual produk sejenis.

Seusai pemaparan Izam, Nadya melanjutkan sesi BTGW #26 dengan membawakan materi power pointnya dengan judul “What Makes Nasi Goreng So Good?”. Lewat materinya,  Nadya membahas mengenai kuliner-kuliner dan resep makanan Tiongkok yang telah mendunia, dan bahkan setelah melalui proses waktu yang tidak sebentar, mengalami proses asimilasi dengan produk – produk makanan lokal untuk menyesuaikan dengan selera masyarakat negara yang dituju. Lewat proses naturalisasi resep kuliner, resep – resep masakan Cina menjadi dikenal di seluruh bagian dunia dan dapat menyesuaikan dengan lidah masyarakat lokal (salah satu contohnya, adalah nasi goreng).

Seusai pemaparan oleh kedua narasumber, sesi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang berlangsung dengan kondusif dan lancar, sebelum kemudian ditutup dengan closing statement oleh kedua narasumber. Pada kesempatan kali ini BTGW #26 dihadiri oleh sekitar 40 partisipan yang cukup antusias dan partisipatif.

 

[RECAP] Nonton Bareng dan Diskusi Dragon for Sale

Jumat (9/06) lalu, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) bekerja sama dengan HI CINE dan dengan izin Tim Ekspedisi Indonesia Baru menyelenggarakan acara nonton bareng dan diskusi film “Dragon for Sale” di Auditorium lt. IV Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Gadjah Mada (FISIPOL UGM). Dalam kesempatan tersebut diputar episode satu dan dua dari quintology film Dragon For Sale, yaitu “Episode 1 : Sailing” dan “Episode 2 : Hiking” yang diikuti dengan sesi diskusi yang menghadirkan tiga narasumber, Dandhy Laksono (Sutradara Dragon for Sale dan Tim Ekspedisi Indonesia Baru), Raras Cahyafitri (Dosen dan Peneliti IIS & DIHI UGM) dan Gregorius Afioma (Peneliti Sunspirit). Acara dihadiri sekitar 50 peserta dari berbagai kalangan.

Film dokumenter Dragon For Sale mengungkap kisah mereka yang harus membayar harga mahal dari proyek ambisius 10 Bali Baru, salah satunya membangun Pulau Komodo untuk menjadi destinasi wisata internasional di Kota Labuan Bajo, Flores, Nusa Tenggara Timur. Film ini menyoroti bagaimana masyarakat lokal membangun resistensi, memperjuangkan model alternatif pariwisata yang tidak mendegradasi lingkungan dan menjunjung tinggi HAM.

Di episode pertama, diperlihatkan bagaimana ide pemerintah untuk membuat Taman Nasional Komodo menjadi obyek wisata premium mempengaruhi para pelaku usaha perahu wisata yang menyediakan paket wisata bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan alam Taman Nasional Komodo. Dengan naiknya harga  tiket masuk komodo secara masif dan dominasi pelaku wisata dengan kapal – kapal phinisi premium, muncul pertanyaan : sebenarnya kebijakan ini dibuat untuk menguntungkan siapa?

Di episode kedua, kita melihat dampak ekologis dari proyek pengembangan Bajo menjadi kawasan pendukung pariwisata Taman Nasional Komodo. Muncul banyak penolakan dari masyarakat yang mempertanyakan aspek konservasi dan keberlanjutan dari rencana pemerintah dalam mengembangkan Labuan Bajo dan Taman Nasional Komodo.

Seusai pemutaran film Dandhy dan Gregorius bergabung dengan para partisipan secara daring, sementara Raras hadir langsung di auditorium untuk berdiskusi bersama membahas mengenai kedua episode yang telah diputar. Acara diskusi berjalan dengan lancar dan kondusif, dan para peserta mengikuti rangkaian acara dengan cukup antusias.

Kunjungan Tim BSKLN Kementerian Luar Negeri : Foreign Policy Circle Talks (FPCP) “Konstelasi Politik Global dan Polugri” & Diskusi Terbatas “Isu Isu Strategis di Kawasan Eropa dan Amerika”

Foreign Policy Circle Talks (FPCP) “Konstelasi Politik Global dan Polugri”

Selasa (13/6) lalu, Institute of International Studies Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) menerima kedatangan tim Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) Kementerian Luar Negeri dengan agenda Foreign Policy Circle Talks (FPCP) “Konstelasi Politik Global dan Polugri”. Acara yang berlangsung di Ruang Sidang Dekanat FISIPOL UGM melibatkan Tim dari BSKLN Kementerian Luar Negeri, IIS UGM, ASC UGM, CFDS UGM, PSPD UGM dan Dosen-dosen HI UGM. Acara berhasil diselenggarakan dengan kondusif dan lancar di Ruang Sidang Dekanat FISIPOL UGM.

 

Diskusi Terbatas “Isu Isu Strategis di Kawasan Eropa dan Amerika”

Sehari setelahnya, Rabu (14/6) lalu, Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) bersama dengan Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) Kementerian Luar Negeri menyelenggarakan agenda kedua, yaitu Diskusi Terbatas “Isu Isu Strategis di Kawasan Eropa dan Amerika”. Dalam acara yang melibatkan BSKLN, IIS dan Dosen-dosen HI UGM tersebut dibahas mengenai isu-isu terkini di kawasan Eropa dan Amerika. Acara diskusi tersebut diselenggarakan di auditorium Lt.IV FISIPOL UGM dan berjalan dengan kondusif dan lancar.

IIS Fortnightly Review #48 | 1 – 15 Juni 2023

File dapat diunduh di sini

[IIS BRIEF] Heuristics of International Relations Theories: Future Discourses and Problem-Shifts in International Relations Studies

File dapat diunduh di sini

[FORTNIGHTLY REVIEW] IIS Fortnightly Review #45 | 16 – 31 April 2023

File dapat diunduh di sini