Entries by iis.fisipol

[RECAP] Forum Reviu Kebijakan Luar Negeri “Diplomasi Kesehatan Indonesia di Kawasan Amerika dan Eropa : Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan Swiss”

Kamis (16/03) lalu, Badan Strategi Kebijakan Luar Negeri (BSKLN) Kementerian Luar Negeri bekerja sama dengan Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) menyelenggarakan acara luring Forum Reviu Kebijakan Luar Negeri “Diplomasi Kesehatan Indonesia di Kawasan Amerika dan Eropa : Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan Swiss” di Ruang Auditorium Lt. IV, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) Universitas Gadjah Mada. Acara ini merupakan inisiatif BSKLN Kemlu untuk mereviu kebijakan luar negeri Pemerintah Indonesia, dan dalam kesempatan kali ini mengangkat tema diplomasi kesehatan yang telah dilakukan pemerintah Indonesia di kawasan Amerika dan Eropa.

Acara dibuka oleh Dr. Mohammad Zakaria Al Anshori (Pusat SKK Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri) selaku moderator, yang kemudian membacakan CV dan memperkenalkan Dr. Luqman Nul Hakim (Direktur IIS UGM dan Dosen Departemen Ilmu Hubungan Internasional) untuk menyampaikan sambutannya sekaligus menandai dibukanya acara Forum Reviu Kebijakan Luar Negeri. Untuk sesi paparan, Ibu Spica A. Tutuhatunewa (Kepala Pusat SKK Amerika dan Eropa, Kementerian Luar Negeri) hadir mempresentasikan kajiannya terkait pencapaian diplomasi Indonesia di kawasan Amerika dan Eropa.

 

Setelah pemaparan oleh Bu Spica, acara dilanjutkan oleh sesi tanggapan diskusi, dimana IIS UGM dan BSKLN Kementerian Luar Negeri menghadirkan Dr. Yodi Mahendradhata M.Sc. Ph.D., FRSPH (Dekan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan UGM), Bapak Herwening Weji Kalpiko, S.E., MM., AK (Perwakilan PT Bio Farma) dan Drs. Muhadi Sugiono, MA. (Dosen dan Peneliti Senior IIS UGM/ Departemen Ilmu Hubungan Internasional UGM). Dr. Yodi memaparkan paparan materinya yang berjudul “Diplomasi Indonesia untuk Resiliensi Kesehatan Global” dan membahas mengenai tantangan dan langkah yang bisa diambil oleh Indonesia untuk meningkatkan tingkat resiliensi kesehatan global, termasuk dalam aspek vaksin. Bapak Herwening melanjutkan dengan paparannya yang membahas mengenai peran penting dari Bio Farma sebagai BUMN di bidang kesehatan dalam mendukung diplomasi kesehatan yang telah dilakukan Pemerintah Indonesia. Terakhir Pak Muhadi turut menyampaikan tanggapannya lewat paparan materinya yang bertajuk “Tanggapan atas Reviu Kebijakan Mandiri Pusat Strategi Kebijakan Kawasan Amerika dan Eropa”, dan menyoroti signifikansi diplomasi kesehatan sekaligus menyampaikan beberapa masukan dan saran terhadap kajian dari BSKLN Kementerian Luar Negeri.

 

Sesi tanggapan diskusi dilanjutkan dengan sesi tanya jawab/diskusi, dimana para peserta yang hadir diberikan kesempatan untuk bertanya kepada para narasumber. Dalam sesi diskusi yang dibagi kedalam 2 kloter, para partisipan menunjukkan keaktifannya dengan menyampaikan beberapa pertanyaan dan saran yang direspon secara positif oleh para narasumber. Seusai sesi diskusi, acara ditutup dengan closing statement oleh para narasumber, penutup singkat oleh moderator dan Dr. Luqman Nul Hakim dan penyerahan souvenir oleh BSKLN Kementerian Luar Negeri.

 

 

 

 

Secara umum acara Forum Reviu Kebijakan Luar Negeri “Diplomasi Kesehatan Indonesia di Kawasan Amerika dan Eropa : Amerika Serikat, Belanda, Jerman dan Swiss” berlangsung dengan lancar dengan sesi diskusi yang kondusif.


Introducing STAIR Community!

STAIR (Sciences Technology and Arts in International Relations) adalah sebuah program komunitas epistemik baru IIS UGM yang berfokus pada keterkaitan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni pada studi Hubungan Internasional.

Dalam seri webinar bulanan ini, kamu akan terlibat dalam diskusi bersama mahasiswa, alumni, akademisi, maupun praktisi yang menggali isu-isu HI baru dan kontroversial dengan mengetengahkan peran STAIR.

IIS Monograph Series #4 | Damai Pangkal Damai – Panjang Umur Perlawanan? Refleksi Aksi Nirkekerasan di Indonesia dan Dunia 2022 [Bahasa Version]

Tahun 2022 mungkin akan diingat sebagai tahun di mana dunia mulai lepas dari cengkeraman pandemi tetapi semakin dalam masuk jeratan otokratisasi. Warga sipil di berbagai belahan dunia – termasuk di Utara – berhadapan dengan penyusutan civic space dalam skala yang tidak terbayang sebelumnya. Menyusul pemberlakuan aneka aturan perundangan dan kooptasi berbagai lembaga negara, semakin mudah bagi banyak rezim menjustifikasi langkah-langkahnya, yang dalam standar demokrasi terbilang represif. Di tengah melonggarnya aneka pembatasan di masa pandemi, kita membayangkan bahwa semakin mudah pula bagi warga mengorganisir diri guna memukul balik laju otokratisasi. Benarkah demikian?

Edisi ketiga refleksi tahunan Damai Pangkal Damai (DPD) ini kembali mengetengahkan empat segmen, masing-masing mengenai Indonesia, gerakan maksimalis di berbagai negara, perjuangan berbasis isu di tingkat global, serta kajian khusus. Segmen pertama menyoroti stagnasi perlawanan di Indonesia tahun 2022, dengan menekankan pada lima tren serta ajakan membangun beberapa infrastruktur perlawanan. Segmen kedua mengelaborasi bagaimana banyak gerakan maksimalis yang berorientasi menjatuhkan rezim otoriter cenderung meredup sepanjang 2022, atau berubah menjadi gerakan reformis. Segmen ketiga merayakan semakin maraknya gerakan keadilan iklim, kesetaraan perempuan, serta kesejahteraan buruh yang diusung di berbagai penjuru dunia. Sementara itu, segmen keempat memantik diskusi mengenai peran pertahanan sipil nirkekerasan dalam menghadapi agresi militer negara lain – mengambil inspirasi dari kegigihan warga sipil Ukraina mengadang invasi Rusia.