[RECAP] Cangkir Teh #1 : “Membela Demokrasi di Tengah Pandemi — Refleksi Perlawanan Nirkekerasan di Indonesia dan Dunia 2020”

Edisi perdana Cangkir Teh pada tahun 2021 telah diselenggarakan pada hari Senin 22 Februari 2021, dan merupakan hasil kerjsama Institute of International Studies, Universitas Gadjah Mada (IIS UGM) dengan Tim Damai Pangkal Damai (DPD). Agenda utama pertemuan Cangkir Teh kali ini, adalah untuk mendiskusikan dan membedah laporan “Membela Demokrasi di Tengah Pandemi — Refleksi Perlawanan Nirkekerasan di Indonesia dan Dunia 2020”. Pada edisi kali ini, IIS UGM mengundang 3 pembicara, yaitu Diah Kusumaningrum, Dosen Ilmu Hubungan Internasional, Universitas Gadjah Mada dan peneliti IIS UGM, Ihsan Ali Fauzi, perwakilan dari Pusat Studi Agama dan Demokrasi (PUSAD) Paramadina, dan Puri Kencana Putri, perwakilan Accenture Malaysia dan mantan wartawan KontraS. Sesi ini dimoderatori oleh Cut Intan Aulianisa Isma, Manajer IIS UGM

Diah membuka sesi dengan membahas mengenai latar belakang dari Tim Damai Pangkal Damai, yang merupakan proyek database aksi nirkekerasan di Indonesia pada era reformasi. Bekerjasama dengan mahasiswa-mahasiswa yang berdedikasi, Tim DPD telah berhasil mencatat 14.023 aksi nirkekerasan di Indonesia pada era reformasi.  Database tersebut diharapkan dapat membantu pihak-pihak yang membutuhkan untuk menyelenggarakan aksi-aksi damai, mulai dari mahasiswa, masyarakat adat, hingga jurnalis yang dapat mempelajari jurnalisme damai. Diah juga berharap, bahwa pemerintah dan aparat juga dapat mempelajari prinsip-prinsip nirkekerasan, dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari di Indonesia, dan memperkuat struktur demokrasi yang telah ada. Tim DPD percaya, bahwa kultur yang paling penting dalam demokrasi adalah kontestasi dengan menerapkan prinsip-prinsip nirkekerasan.

Sesi dilanjutkan dengan pembahasan mengenai isi dari laporan “Membela Demokrasi di Tengah Pandemi — Refleksi Perlawanan Nirkekerasan di Indonesia dan Dunia 2020” diharapkan dapat menjadi dokumen yang dapat digunakan untuk menjadi refleksi dari aksi-aksi nirkekerasan yang telah diterapkan di Indonesia pada era Reformasi, dan diluncurkan bertepatan dengan World Day of Social Justice. Laporan ini dibagi menjadi beberapa bagian, dan dimulai dengan executive summary. Diah memaparkan bahwa tahun 2020 juga ditandai oleh mulai digunakannya secara meluas aksi-aksi nirkekerasan pada berbagai macam gerakan diseluruh dunia, mulai dari Indonesia, Amerika, Tunisia, Hong Kong, dan lain lain, dan dapat dikategorikan kedalam 198 metode aksi nirkekerasan ala Gene Sharp. Pandemi tidak membuat aksi-aksi nirkekerasan diseluruh dunia berakhir, dan justru membuat aksi nirkekerasan jauh lebih penting dibandingkan sebelumnya.

Pandemi membuat aksi nirkekerasan terus berjalan, dan justru memperkenalkan aktor-aktor baru dalam aksi nirkekerasan, seperti penggemar KPop, Ibu-ibu kulit putih kelas menengah di Amerika hingga veteran perang. Selain itu, intensitas aksi di berbagai tempat juga meningkat, dan menjadi obyek solidaritas dan pembelajaran transnasional. Namun, di sisi lain aksi-aksi nirkekerasan justru disalah gunakan oleh gerakan sayap kanan seperti gerakan anti vaksin dan anti masker, hingga gerakan supremasi kulit putih, dan juga dapat disambut dengan represi oleh negara dimana aksi tersebut berlangsung. Sebagai penutup, Diah merekomendasikan untuk mewajarkan aksi nirkekerasan sebagai bagian dari kultur demokrasi, dan tidak perlu dihadapi dengan represi.

Sesi dilanjutkan oleh Ihsan yang menyampaikan apresiasinya bahwa database DPD sangatlah penting dalam mendukung studi-studi nirkekerasan di Indonesia, dan merupakan sebuah output yang baik dari kampus. Ihsan mendukung pelibatan Mahasiswa dalam kegiatan riset seperti yang telah dilakukan oleh DPD, dan berharap kampus-kampus di Indonesia dapat menggunakan database aksi nirkekerasan tersebut. Namun, Ihsan juga memaparkan beberapa tantangan yang harus dihadapi oleh tim DPD kedepannya, mulai dari keberlanjutan, hingga kerjasama media, dimana database tim DPD sejauh ini baru dibuat dengan 1 media (KOMPAS) sebagai sumber data. Mungkin untuk kedepannya, Ihsan berharap tim DPD dan IIS dapat memilih alternatif sumber lain selain kompas.

Terakhir, Ihsan menyampaikan sedikit kekhawatirannya atas perubahan dasar aksi nirkekerasan dari luring menjadi daring. Ihsan menekankan, bahwa ada kemungkinan bahwa actor-aktor lama yang sebelumnya aktif dalam gerakan nirkekerasan justru menjadi pasif setelah terjadinya pandemi dan represi rezim. Apakah pemain-pemain baru dalam gerakan nirkekerasan daring menghentikan partisipasi pemain pemain lama? Apakah aktivisme daring yang berdasarkan klik kemudian partisipasi selesai? Bagaimana civil society menghadapi sumber daya daring yang dimiliki oleh negara seperti buzzer dan influencer? Terakhir, Ihsan juga menekankan bahwa laporan juga perlu mencatat mengenai kekalahan-kekalahan aksi nirkekerasan yang terjadi.

Sebagai narasumber terakhir, Puri turut menyampaikan apresiasinya terhadap hasil kerja dari tim DPD, dan berharap bahwa output dari tim DPD dapat digunakan secara luas oleh berbagai pihak. Puri juga memaparkan materinya yang berjudul “Otoritarianisme Digital” sebagai saran untuk tim DPD dalam menjalankan penelitian untuk kedepannya. Otoritarianisme digital menjadi lebih marak setelah terjadinya pandemi, dan ditandai dengan Kerjasama otoritas pemerintahan dengan gerakan-gerakan sayap kanan yang melaksanakan kampanye-kampanye yang bertentangan dan suara-suara masyarakat sipil dan secara tidak langsung menghalangi terjadinya kritik-kritik tegas terhadap pemerintah. Lebih jauh lagi, dalam kasus yang terjadi di Amerika Serikat, otoritas negara juga menjalankan praktik-praktik digital buruk lain seperti espionase, surveillance, hingga intervensi pemilu. Pada praktiknya, otoritarianisme digital yang dilakukan oleh negara mengancam kebebasan berekspresi masyarakat sipil dalam ranah digital.

Sesi ditutup dengan sesi diskusi yang melibatkan para pembicara dengan seluruh peserta diskusi Cangkir Teh, yang berjalan dengan cukup kondusif.


Penulis : Raditya Bomantara

Penyunting : Mariola Yansverio

0 replies

Leave a Reply

Want to join the discussion?
Feel free to contribute!

Leave a Reply

Your email address will not be published.